Pemberdayaan Perempuan, Batok Kelapa Jadi Produk Bernilai Ekonomi

Ketua kelompok wanita Sinar Mulya Abadi, Anak Agung Ayu Mahesarani Karang

56
Ketua kelompok wanita Sinar Mulya Abadi, Anak Agung Ayu Mahesarani Karang

Denpasar (bisnisbali.com) –Batok kelapa yang selama ini dipandang sebelah mata sebagai sampah, dapat disulap menjadi produk bernilai ekonomi tinggi oleh kelompok wanita. Batok kelapa dapat diubah menjadi produk usaha kerajinan dan terbukti telah mampu membantu meringankan beban ekonomi dan mendukung pemberdayaan perempuan.

Ketua kelompok wanita Sinar Mulya Abadi, Anak Agung Ayu Mahesarani Karang menyampaikan, Desa Abang memiliki potensi pohon kelapa banyak dimanfaatkan warga untuk membuat minyak kelapa. Sementara batok kelapa terbuang sia-sia. Di sisi lain, ia pernah melihat pengrajin dari Klungkung yang membuat keben dan bokor dari batok kelapa. Lalu terbersitlah ide untuk membuat kerajinan dari sampah batok kelapa.

Kelompok wanita Desa Abang Karangasem ini pun mampu mengubah sampah batok kelapa menjadi barang bernilai ekonomi. Berkat kreativitas dan kegigihan, mereka berhasil memperoleh juara I atas kompetisi pemberdayaan perempuan se- Indonesia yang diadakan BRI.

Ia menceritakan sejak 2008, berupaya menggali potensi ekonomi yang ada di desanya. Upaya itu dilakukan lantaran melihat kondisi warga yang tidak mampu secara ekonomi. “Kami menggali potensi ibu-ibu yang tidak bekerja, ibu rumah tangga dengan kondisi miskin, tidak mampu agar dapat berdaya meningkatkan ekonomi keluarganya,” terangnya.

Tak hanya berhenti berkreasi pada produk keben dan bokor, kelompok wanita ini pun bertemu dengan BRI yang memberi bantuan pelatihan untuk menciptakan produk lainnya. Terciptalah produk tas, tas permen, tempat tisu, tempat buah, tempat air minum, keben, bokor, dulang, yang juga diminati pasar.

Dengan pelatihan yang diberikan bank BUMN tersebut, diakui sangat bermanfaat bagi kelompok dan ingin mengajukan pelatihan lagi untuk anggota baru dan pelatihan membuat produk baru.

Diakui, setelah mampu menciptakan produk bernilai ekonomi, ia pun bingung memasarkan produknya. Dengan berbagai upaya promosi yang dilakukan, satu per satu reseller berdatangan. Hal itu membuat pemasarannya cukup luas. Tidak hanya di Bali namun menembus pasar luar Bali bahkan luar negeri. Apalagi menjelang hari raya, permintaan akan alat alat upakara seperti keben, akan semakin banyak terutama dari pasar lokal. Diakui, ibu-ibu pun akan termotivasi untuk membuat kerajinan.

Dengan usaha kerajinan ini menurutnya telah mampu membantu meringankan beban ekonomi banyak keluarga di Desa Abang. “Kami semakin menggalakkan ini. Jumlah anggota kelompok yang awalnya 26 bertambah menjadi 30. Banyak yang tertarik, melihat perjalanan kelompok kerajinan ini sampai sekarang ini,” ujarnya.

Selain pelatihan, kelompoknya sangat terbantu dengan bantuan alat produksi dan etalase dari BRI senilai Rp70 juta. Disamping itu, dirinya dan anggota kelompoknya juga telah menikmati fasilitas KUR BRI.

Regional CEO BRI Denpasar, Hery Noercahya mengatakan, bantuan alat produksi dan etalase kepada kelompok Sinar Mulya Abadi merupakan salah satu upaya bank dalam mendukung program pemberdayaan perempuan yang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan memunculkan embrio-embrio UMKM baru.

Pihaknya berharap akan muncul lebih banyak lagi kelompok-kelompok pemberdayaan perempuan yang menjadi wadah dan memberikan dampak ekonomi  positif bagi kaum perempuan dan keluarganya.*dik