bisnisbali.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Badung bersama Forum Penanggulangan Resiko Bencana (FPRB) Tanjung Benoa terus berupaya untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan akibat bencana gempa bumi dan potensi tsunami. Untuk kesekian kalinya, BPBD Badung bekerja sama dengan FPRB Tanjung Benoa menggelar simulasi gempa bumi dan potensi tsunami, bertempat di tiga lokasi sekaligus yakni SD 1 Tanjung Benoa, SD 2 Tanjung Benoa, dan SMPN 3 Kuta Selatan.
Kegiatan tersebut dihadiri Kalaksa BPBD Badung yang diwakili Penata Penganggulangan Bencana Ahli Madya Ir. I Wayan Netra, M.M.A., Sekretaris Lurah Tanjung Benoa, I Nyoman Aditya Bharatha Nada, S.S.T.P., Ketua FPRB Tanjung Benoa, Dr. I Wayan Deddy Sumantra, S.Sn., M,Si., serta pihak terkait. Selasa (10/9).
Wayan Netra menjelaskan, simulasi tersebut melibatkan 750 peserta yang berasal dari para siswa. Simulasi akan terus digalakkan dan digelar secara rutin untuk menyiapkan kapasitas SDM masyarakat Tanjung Benoa menjadi masyarakat siaga gempa bumi dan tsunami. “Kedepan, kalau misalnya terjadi seperti itu, masyarakat sudah terbiasa melakukan penyelamatan,” ujarnya.
Ia menyebut, potensi bencana gempa bumi akan tetap ada mengingat wilayah selatan Provinsi Bali masuk dalam zona megathrust. Soal kapan datangnya gempa bumi, pihaknya mengatakan, saat ini masih belum bisa diprediksi oleh para ahli. Untuk kedepannya, pihaknya berharap agar bisa menyelenggarakan kegiatan serupa di 62 desa/kelurahan lainnya terutama yang memiliki wilayah garis pantai seperti Desa Cemagi di Kecamatan Mengwi sampai Tanjung Benoa di Kecamatan Kuta Selatan. Dengan demikian, desa atau kelurahan ini menjadi tangguh bencana.
“Kalau terjadi bencana, mereka sudah bisa memulihkan dirinya sendiri tanpa meminta bantuan awal dari yang lain. Karena memang bencana itu terjadi dan untuk menyelamatkan masyarakatnya adalah desa itu sendiri. Tidak mungkin orang lain,” imbuh Netra.
Ketua FPRB Tanjung Benoa, Dr. I Wayan Deddy Sumantra menambahkan, simulasi gempa bumi dan tsunami digelar untuk menyikapi isu megathrust yang sedang tren di tengah-tengah masyarakat saat ini. Oleh sebab itu, pihaknya bersama unsur pentahelix seperti pemerintah pusat dan daerah, masyarakat, komunitas, akademisi, dan dunia usaha bersinergi menggelar simulasi tersebut.
Mengenai keterlibatan dunia usaha dalam simulasi, Deddy mengakui saat ini, terutama untuk hotel-hotel yang berdiri di sekitar kawasan Tanjung Benoa, sangat men-support berbagai kegiatan untuk mengantisipasi bencana gempa bumi dan tsunami. Support yang mereka berikan salah satunya dengan menyediakan perlengkapan, konsumsi, serta tempat evakuasi korban. Saat ini pihaknya sudah membuat MoU dengan hotel-hotel yang ada di wilayah Tanjung Benoa sebagai tempat evakuasi sementara.
“Dari unsur pentahelix itu kita bersinergi dengan stakeholder pemerintah. Dari pemerintah pusat, BPBD Provinsi Bali, BPBD Kabupaten Badung, FPRB Provinsi Bali dan Kabupaten Badung, juga pemerintah kecamatan, Kelurahan Tanjung Benoa, dan unsur yowana,” ujarnya.*adv