Denpasar (bisnisbali.com)- Budi daya lobster dalam negeri kini tengah mengadopsi teknik yang diterapkan di Vietnam. Salah satunya telah dilakukan di Kabupaten Jembrana. Metode ini diyakini dapat mengurangi nilai risiko kematian dan meningkatkan kelangsungan hidup benih bening lobster (BBL) di keramba-keramba budi daya.
Menteri Kelautan dan Perikanan RI Sakti Wahyu Trenggono mengatakan, pengembangan lobster di perairan Jembrana merupakan hasil kolaborasi pelaku usaha dua negara. Hal ini diharapkan bisa ditiru oleh pembudidaya lain di Indonesia sehingga transformasi budi daya lobster nasional bisa segera terwujud.
“Beberapa kemajuan dapat dilihat di antaranya transfer teknologi manajemen budi daya lobster sesuai pengembangan SOP yang diterapkan di Vietnam mulai dari teknis kegiatan hingga penerapan etos kerja pada kegiatan budi daya,” ujarnya saat bertemu Wakil Menteri Pertanian dan Pengembangan Perdesaan Vietnam Phung Duc Tien di Denpasar, Senin (5/8).
Sistem budi daya lobster di Jembrana yang mengadopsi teknik di Vietnam berupa penggunaaan kerangkeng dan pemeliharaan di bawah laut. BBL juga mendapat perlakuan khusus, seperti penyegaran, seleksi dan kontrol benih di instalasi karantina sebelum dilepaskan ke keramba budi daya.
Menurut Trenggono, cara pengembangan lobster di Jembrana dapat ditiru oleh pembudidaya lain di Indonesia sehingga transformasi budi daya lobster nasional bisa segera terwujud. “Sistem budi daya ini menjadi contoh, termasuk penerapan etos kerja pada pembudidaya lobster,” jelasnya.
Wakil Menteri Pertanian dan Pengembangan Perdesaan Vietnam Phung Dec Tien mengapresiasi cepatnya proses adaptasi perusahaan bekerja sama dalam menerapkan standardisasi budi daya lobster seperti di Vietnam. Hanya dalam beberapa bulan kegiatan budi daya sudah dapat dilakukan di Indonesia.
Tien yakin kerja sama ini akan mengangkat sektor budi daya lobster serta mendorong berkembangnya industri di Indonesia. Selain meningkatkan perekonomian, hubungan diplomatik dua negara juga semakin erat khususnya dalam upaya memerangi praktik perdagangan benih bening lobster ilegal. “Kami yakin sejak awal bahwa Indonesia adalah mitra strategis untuk membangun ekosistem rantai pasok global lobster,” tegasnya.
Menurut Juru Bicara PT Idovin Aquaculture International, Adinda Cresheilla, perusahaannya berkomitmen menanamkan investasi sebesar 4 juta dolar AS per tahun dan total mencapai 20 juta dolar AS selama lima tahun. Investasi ini akan digunakan untuk mengembangkan keramba jaring apung (KJA) dalam budi daya lobster dengan metode Vietnam. Dalam teknik ini, wadah budi daya atau kerangkeng diletakkan di kolom air pada kedalaman 3-7 meter dari permukaan.
Adinda menjelaskan beberapa alasan penting di balik penggunaan metode budi daya KJA ala Vietnam. Pertama, lobster sangat sensitif terhadap perubahan salinitas. Dengan kerangkeng yang ditenggelamkan, lobster akan terlindungi dari pengaruh air tawar yang masuk ke permukaan saat hujan. Selain itu, kerangkeng yang berada di bawah permukaan air akan lebih aman dari gangguan angin kencang atau angin barat. Transfer pengetahuan dan keahlian dalam budi daya lobster yang diberikan oleh para ahli dari Vietnam diharapkan dapat memberi nilai tambah bagi pembudidaya lokal, nelayan dan masyarakat setempat. *wid