Denpasar (bisnisbali.com)- Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar melirik sistem teba modern sebagai salah satu upaya penanganan sampah. Pembangunan teba modern ini direncanakan memakai APBD dengan anggaran Rp1,5 juta per unit. Sekitar 300 teba modern akan dibangun sebagai percontohan yang dimulai dari Pura Dadia.
Hal tersebut diungkapkan Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara saat diwawancarai, Rabu (10/7). Menurutnya, pembangunan teba modern ini bekerja sama dengan Komunitas Malu Dong. Sebanyak 100 teba modern akan dibangun dengan dana CSR yang dibawa oleh Komunitas Malu Dong. Sementara pembuatan 200 teba modern bakal dibantu Pemkot Denpasar melalui APBD.
“Oleh karena ini sangat positif, maka kami dorong lewat APBD untuk 200 teba modern dahulu. Sementara Malu Dong yang akan membangun teba modern di 100 tempat dibantu CSR. Ini akan dikelola Malu Dong,” ujar Jaya Negara.
Dijelaskannya, teba modern akan dibangun menggunakan sistem online. Jika sudah penuh, akan diambil oleh petugas dalam hal ini dari Malu Dong. ‘’Teba modern ini bentuknya sama dengan biopori, hanya ukurannya lebih besar. Di atasnya nantinya diisi meja dan di sampingnya ada kursi tempat duduk,’’ katanya.
Selain untuk menangani sampah, teba modern juga diklaim bisa mengatasi banjir. Untuk tahap awal, pembuatan teba modern diprioritaskan di Pura Dadia yang memiliki lahan lebih luas. Dengan demikian sampah sisa upacara bisa ditampung sementara di teba modern.
Jaya Negara menambahkan, pembangunan teba modern akan dimulai pada Agustus mendatang dengan proses peluncuran. Selain itu, masyarakat akan disisipkan kantong plastik untuk pembuangan residu, sehingga volume sampah yang dihasilkan bisa dikurangi.
Komang Sudiarta atau Mang Bemo dari Malu Dong menjelaskan, program pengelolaan sampah organik Teba Modern diupayakan disosialisasikan ke seluruh elemen masyarakat seperti banjar, pura atau merajan milik masyarakat dan sekolah.
Program teba modern memberi pilihan bagi masyarakat terkait pengelolaan sampah berbasis sumber. Secara teknis nantinya proses pemilahan sampah dilakukan oleh individu. Sampah organik yang telah dipilah lalu disimpan di teba modern. ‘’Di wadah berdiameter sekitar 1 meter dan kedalaman 1-2 meter ini nantinya sampah organik akan diuraikan secara organik oleh mikroorganisme. Dalam rentang waktu 6 hingga 10 bulan kemudian sudah dapat diambil untuk dipergunakan sebagai produk lanjutan seperti pupuk dan sebagainya,” paparnya.
Mang Bemo lebih lanjut menyampaikan, pembangunan teba modern di Kota Denpasar akan diresmikan bertahap. Diawali sekitar lima sampai sepuluh titik yang disesuaikan kebutuhan masyarakat. Program ini akan diresmikan pada 9-11 Agustus di Banjar Tampakgangsul.
“Dengan dukungan Pemkot Denpasar, kami harapkan masyarakat semakin terlatih dan terbiasa memilah sampah berbasis sumber mulai dari pekarangan rumah, pura, sekolah atau banjar. Tentu akan semakin efisien pengelolaan sampah nantinya di TPST masing-masing,” terangnya. *wid