Tabanan (bisnisbali.com)-Musim kemarau diselingi hujan berdampak pada meningkatnya potensi ancaman serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) pada kakao yang menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Tabanan selama ini. Meski begitu, Dinas Pertanian (Distan) Tabanan belum menerima laporan adanya serangan OPT dengan intensitas berat terhadap sentra produksi kakao seluas 4,530 hektar per triwulan IV tahun 2023.
Adanya hujan pada musim kemarau berdampak buruk pada sektor perkebunan khususnya kakao dengan meningkatnya intensitas serangan hama atau penyakit. Berbeda dengan sektor pertanian padi yang diuntungkan karena mengalami peningkatan luas tanam.
Penyuluh Tingkat Muda Distan Kabupaten Tabanan I Ketut Yuli Aryani, Senin (8/7), mengungkapkan bulan April hingga September sebenarnya merupakan musim kemarau. Namun, yang terjadi sekarang ini masih adanya hujan, sehingga mengakibatkan kelembaban meningkat yang menjadi penyebab meningkatnya intensitas serangan OPT, seperti busuk buah dan penggerek buah kakao (PBK). “Dampak buruk meningkatnya kelembaban sentra produksi juga terjadi pada tanaman vanili berupa fusarium atau busuk batang,” tuturnya.
Hasil koordinasi pihaknya dengan provinsi melalui petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) khusus perkebunan yang ada di masing-masing kecamatan, belum ada laporan serangan OPT pada sentra perkebunan kakao di Tabanan dengan intensitas berat atau masih bisa diatasi secara mandiri. ”Nanti kalau ada serangan OPT dengan intensitas berat, bisa laporkan ke Distan Tabanan. Kami akan teruskan ke UPTD BPTPH Perkebunan Provinsi Bali, sehingga bisa dilakukan pendampingan guna penanganan,” ujarnya.
Yuli Aryani menjelaskan, antisipasi OPT sebenarnya bisa dilakukan dengan mudah oleh petani kakao. Di antaranya dengan memangkas tanaman serta memotong dan menanam buah-buah yang busuk. Hal ini dibarengi upaya pemupukan untuk menjaga produktivitas. Selama ini upaya pencegahan tersebut kurang optimal dilakukan oleh petani kakao. Biasanya petani baru melakukan perawatan tanaman ketika harga panen mahal, sedangkan saat harga turun cenderung membiarkan tanaman kakao.
Sesuai data di Dinas Pertanian Tabanan, pada triwulan IV 2023 sentra produksi kakao menyebar di 10 kecamatan. Di Kecamatan Tabanan luasnya mencapai 55 hektar, Selemadeg Barat 1,403 hektar, Selemadeg 529 hektar, Selemadeg Timur 500 hektar, Pupuan 918 hektar, Penebel 935 hektar, Kerambitan 61 hektar, Baturiti 72 hektar, Kediri 3 hektar dan di Kecamatan Marga 155 hektar. *man