Tabanan (bisnisbali.com) –Beragam UMKM, pertunjukan seni dan budaya mewarnai ajang festival Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih ke V 2024 di kawasan subak Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel. Bertemakan Swasthi Bhuwana, festival yang berlangsung selama 2 hari pada 6-7 Juli 2024 menjadi wadah untuk mempromosikan keindahan alam Jatiluwih yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD).
Ragam pertunjukkan seperti tari Paksi, tari panyembrama, atraksi budaya subak, atraksi tebuk lesung, tari Jayaning Singasana, tari janger Lansia Werda Kusamba Ulangun, dan juga puluhan stand UMKM khas olahan kuliner dan pertanian jatiluwih nampak memadati rangkaian acara. Ribuan pengunjung baik domestik dan mancanegara maupun dari berbagai kalangan menjadi target sasaran keberadaan Festival ini.
Festival Jatiluwih yang ke -V dengan tema Swasthi Bhuwana yang bermakna kebahagiaan dunia dengan merayakan keindahan serta kelestarian sawah dan kearifan lokal pertaniannya, sangat berkaitan erat dengan segala keistimewaan yang dimiliki daerah ini. Di mana tema ini mencerminkan harapan dan komitmen untuk menjaga dan melestarikan bumi sebagai tempat tinggal kita sekaligus menjaga keseimbangan alam dan kehidupan di dalamnya.
Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya.,S.E.,M.M, disela-sela membuka Festival Jatiluwih V mengungkapkan, festival ini menjadi wadah untuk mempromosikan keindahan alam dan memperkenalkan budaya atau kearifan lokal yang ada di Jatiluwih.”Kita ketahui bersama bahwa Jatiluwih ini sudah ditetapkan sebagai WBD, khususnya tentang persawahan dan sistem pengairan.
Melalui festival ini, wisatawan akan lebih mengenal bukan hanya persawahan saja. Namun beragam kuliner lokal, juga bisa dilihat di ajang festival ini. Seperti, laklak, klepon dan teh beras merah,” paparnya.
Harapannya warisan leluhur di masa lalu ini tetap dipertahankan, khususnya adalah budayanya, kearifan lokalnya termasuk kuliner yang ada. Ia juga berharap, inovasi-inovasi mendatang untuk terus dikembangkan, sehingga Jatiluwih bisa terus melakukan ekspansi pariwisata tanpa harus meninggalkan jati diri sebagai pariwisata berbasis pertanian.
I Ketut Purna selaku Manager DTW Jatiluwih mengungkapkan, festival ini sebagai sarana promosi pariwisata. Selain itu selama festival, semua lapisan masyarakat Desa Jatiluwih ikut dilibatkan dan didanai.
Di ajang festival Jatiluwih tahun ini diwarnai dengan berbagai pertunjukan seni budaya, termasuk kegiatan di sawah. Mulai dari membajak sawah, mencangkul hingga bercocok tanam.
“Festival tahun ini hampir 95 persen hanya melibatkan penduduk lokal, sisanya kami melibatkan band luar. Tujuannya, kami ingin melibatkan masyarakat lokal untuk bergabung membangun jatiluwih,” pungkasnya.*man