Denpasar (bisnisbali.com) –Garis Kemiskinan di Provinsi Bali pada Maret 2024 tercatat sebesar Rp568.510 per kapita per bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp391.618 per kapita per bulan (68,88 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp176.892 per kapita per bulan (31,12 persen).
Kepala BPS Bali Endang Retno Sri Subiyandani di Denpasar menerangkan, pada Maret 2024, beras menjadi komoditas yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan, di perkotaan sebesar 24,56 persen dan di perdesaan sebesar 27,43 persen.
Selain beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, telur ayam ras, kue basah, daging babi, roti, bawang merah, cabe rawit, dan mie instan merupakan 10 besar komoditas yang paling mempengaruhi Garis Kemiskinan di perkotaan. Sedangkan di perdesaan, Garis Kemiskinan dipengaruhi oleh rokok kretek filter, daging ayam ras, daging babi, telur ayam ras, roti, kue basah, cabe rawit, bawang merah, dan tongkol/tuna/cakalang.
Pada komoditas bukan makanan, lima komoditas yang berpengaruh pada pembentukan Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada Maret 2024 adalah perumahan, bensin, upacara agama atau adat lainnya, listrik, dan Pendidikan.
Endang menjelaskan Garis Kemiskinan merupakan suatu nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan bukan makanan yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhannya. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
Pada periode September 2022-Maret 2024, Garis Kemiskinan Provinsi Bali, baik perkotaan dan perdesaan cenderung meningkat, begitu juga halnya dengan Garis Kemiskinan Makanan dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan. Garis Kemiskinan pada Maret 2024 tercatat sebesar Rp568.510 per kapita per bulan. Dibandingkan kondisi Maret 2023, nilai tersebut naik sebesar 7,34 persen, sementara jika dibandingkan September 2022 terjadi kenaikan sebesar 10,38 persen.
Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), bahwa peranan komoditas makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan. Adapun besarnya sumbangan GKM terhadap GK pada Maret 2024 sebesar 68,88 persen, sementara besaran sumbangan GKBM terhadap GK sebesar 31,12 persen.
Lebih lanjut ia memaparkan pada periode September 2022 – Maret 2024, tingkat kemiskinan di Provinsi Bali menunjukkan tren penurunan baik dari sisi jumlah maupun persentase. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali pada Maret 2024 tercatat sebanyak 184,43 ribu orang. Jika dibandingkan dengan kondisi Maret 2023, jumlah penduduk miskin turun sebanyak 9,35 ribu orang. Sementara itu, jika dibandingkan dengan kondisi September 2022 jumlah penduduk miskin turun sebanyak 20,93 ribu orang. Persentase penduduk miskin pada Maret 2024 tercatat sebesar 4,00 persen, turun 0,25 persen poin terhadap Maret 2023 dan turun 0,53 persen poin terhadap September 2022. *dik