Denpasar (bisnisbali.com) –Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat komoditas -komoditas yang memicu terjadinya inflasi di tiga daerah sampel di Pulau Dewata. Tercatat, di Kabupaten Badung pada Juni 2024 terjadi inflasi year on year (y-on-y) di sebesar 2,75 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 104,97.
Inflasi di Badung y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sepuluh dari sebelas indeks kelompok pengeluaran. Itu meliputi kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 6,07 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 4,59 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,99 persen, kelompok kesehatan sebesar 5,05 persen, kelompok transportasi sebesar 0,54 persen. Selanjutnya, kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,35 persen, kelompok rekreasi, olah raga, dan budaya sebesar 1,92 persen, kelompok pendidikan sebesar 0,80 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,48 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mengalami peningkatan indeks sebesar 1,85 persen.
”Secara bulanan (month to month / m-to-m), Kabupaten Badung tercatat mengalami deflasi sebesar 0,63 persen. Sementara secara year to date (y-to-d) tercatat inflasi sebesar 0,97 persen,” kata Kepala BPS Bali Endang Retno Sri Subiyandani di Denpasar.
Selanjutnya untuk Kota Denpasar pada Juni 2024 terjadi inflasi year on year (y-on-y) sebesar 3,18 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 107,13. Inflasi tahunan (y-on-y) terjadi karena naiknya harga komoditas-komoditas amatan yang ditunjukkan oleh naiknya sembilan indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 4,42 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,02 persen.
Disusul kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,99 persen, kelompok transportasi sebesar 3,90 persen, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,14 persen. Kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 2,51 persen, kelompok pendidikan sebesar 6,12 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 7,29 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 2,72 persen.
Endang menerangkan di Singaraja pada Juni 2024 terjadi inflasi year on year (y-on-y) sebesar 2,14 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,08.
Inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya tujuh indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 5,33 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,56 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,19 persen. Ada pula kelompok kesehatan sebesar 2,64 persen, kelompok rekreasi, olah raga, dan budaya sebesar 1,73 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,88 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 2,70 persen.
Sementara itu, secara month to month (m-to-m) Singaraja bulan Juni 2024 mengalami deflasi sedalam 0,53 persen, sedangkan secara year to date (y-to-d) Singaraja pada Juni 2024 mengalami inflasi setinggi 0,40 persen. *dik