Denpasar (bisnisbali.com) –Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bali mencatat berdasarkan kategori debitur, sebesar 53,15 persen kredit di Bali disalurkan kepada UMKM dengan pertumbuhan sebesar 8,47 persen yoy (April 2023: 4,94 persen yoy). Kualitas kredit perbankan di Bali pun tetap terjaga yang tercermin dari rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) gross sebesar 3,25 persen, walaupun sedikit lebih tinggi dibandingkan posisi Maret 2024 yang sebesar 3,12 persen.
“Sementara itu NPL net berada di posisi 2,10 persen, juga lebih tinggi dibandingkan Maret 2024 yang sebesar 1,77 persen,” kata Kepala OJK Bali, Kristrianti Puji Rahayu di Denpasar.
Menurutnya meningkatnya rasio NPL pada posisi April 2024 dipengaruhi oleh berakhirnya kebijakan stimulus restrukturisasi kredit terdampak Covid-19. Namun demikian, peningkatan rasio NPL tersebut berada dalam batas yang terkendali.
Secara lengkap, Puji Rahayu menyebutkan, penyaluran kredit bank umum di Bali sebesar Rp93,69 triliun atau tumbuh 7,42 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan posisi April 2023 yang sebesar 3,25 persen yoy. Sementara itu, penyaluran kredit BPR posisi April 2024 mencapai Rp12,65 triliun atau tumbuh 1,33 persen yoy, lebih rendah dibandingkan posisi April 2023 yang sebesar 3,40 persen yoy.
Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit yoy masih didorong oleh peningkatan nominal kredit Investasi yang bertambah sebesar Rp4,90 triliun atau tumbuh 18,64 persen yoy (April 2023: 4,49 persen yoy). Tingginya pertumbuhan kredit investasi ini menggambarkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi di Bali.
Berdasarkan sektornya, penyaluran kredit didominasi oleh sektor Bukan Lapangan Usaha (konsumtif) sebesar 34,18 persen dan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 29,94 persen. Pertumbuhan kredit disumbangkan oleh peningkatan nominal penyaluran di Sektor Perdagangan Besar dan Eceran yang bertambah sebesar Rp1,52 triliun (tumbuh 5,02 persen yoy) serta Sektor Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha sebesar Rp1,50 triliun (tumbuh 4,32 persen yoy).
Sementara itu Dirut Bank BPD Bali Nyoman Sudharma menyampaikan pada akhir Mei 2024, total kredit yang disalurkan oleh bank milik krama Bali ini mencapai Rp21,6 triliun atau tumbuh sebesar 6,43 persen jika dibandingkan dengan akhir Mei 2023, Rp 20,37 triliun. Bank BUMD Bali ini terus berusaha mendorong peningkatan penyaluran kredit kepada masyarakat melalui berbagai program dan pendekatan langsung agar masyarakat dipermudah mendapatan akses.
“Salah satunya melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang sangat membantu dalam menggerakkan UMKM di Bali pada khususnya,” katanya.
Selain itu, Bank BPD Bali kembali meluncurkan program Kredit Usaha untuk Sejahtera Unggul dan Maju (Kusuma) yang diperuntukkan bagi debitur KUR Kecil yang tidak dapat memperoleh KUR kembali dan selanjutnya di prospek menjadi debitur kredit komersial dengan plafon kredit menyesuaikan dengan kemampuan membayar (repayment capacity) debitur serta tetap memperhatikan asas kehati-hatian, sampai dengan Mei 2024 posisi kredit UMKM sebesar 50,37 persen.
Bank BPD Bali optimis sudah berada di jalur yang sangat baik untuk mencapai target yang telah ditetapkan di awal tahun ini. Setidaknya hal tersebut sudah tercermin dari terjaganya indikator keuangan, yakni CAR 24,5 persen, ROA 3,73 persen, ROE 29,51 persen, NIM 6,67 persen, BOPO 66,07 persen, LDR 70,02 persen. Bahkan, indikator NPL Gross yang menjadi acuan potensi kredit bermasalah terjaga di angka 1,39 persen pasca berakhirnya relaksasi kredit dampak pandemi Covid-19. *dik