Denpasar (bisnisbali.com) –Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.
Kepala BPS Bali Endang Retno Sri Subiyandani di Denpasar menyampaikan indeks NTP Provinsi Bali tercatat 102,07 pada bulan Mei 2024, turun sedalam 0,72 persen dibandingkan kondisi bulan sebelumnya yang tercatat 102,80. Penurunan ini dipengaruhi oleh turunnya indeks yang diterima petani (It) sedalam 0,80 persen dari 125,86 menjadi 124,86 pada bulan Mei 2024, begitu pula dengan indeks yang dibayar petani (Ib) tercatat mengalami penurunan sedalam 0,08 persen dari 122,43 menjadi 122,33.
“Indeks NTP Provinsi Bali pada bulan Mei 2024 berada di atas angka 100. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam tingkatan tertentu nilai tukar produk yang dihasilkan petani mampu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga petani, yang terdiri dari konsumsi rumah tangga dan biaya produksi pertanian,” katanya.
Dari lima subsektor yang menjadi komponen penyusun indeks NTP Provinsi Bali, dua subsektor yang mampu mencapai angka 100 pada bulan Mei 2024 yaitu subsektor hortikultura dan subsektor tanaman perkebunan rakyat, sementara tiga subsektor lainnya masih berada di bawah angka 100 yaitu subsektor tanaman pangan, subsector peternakan, dan subsektor perikanan.
Ia menyampaikan menurut subsektornya, maka pada Mei 2024, indeks nilai tukar petani subsektor tanaman pangan (NTPP) tercatat turun sedalam 1,16 persen dari 95,93 pada bulan April 2024 menjadi 94,82. Penurunan indeks NTP pada subsektor tanaman pangan disebabkan oleh indeks yang diterima petani (It) yang turun sedalam 1,16 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) tercatat tidak mengalami perubahan (stagnan) dengan bulan sebelumnya.
It tercatat turun dari 117,86 menjadi 116,50 pada bulan Mei 2024. Penurunan pada It dipengaruhi oleh turunnya indeks kelompok palawija sedalam 1,53 persen dan indeks kelompok padi yang turun sedalam 1,13 persen.
Sementara itu, Ib tercatat tidak mengalami perubahan (stagnan). Indeks kelompok konsumsi rumah tangga turun sedalam 0,02 persen sedangkan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) tercatat naik setinggi 0,05 persen.
Sementara, indeks NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) pada bulan Mei 2024 tercatat turun sedalam 5,02 persen, dari 119,81 pada bulan sebelumnya menjadi 113,79. Penurunan tersebut disebabkan oleh turunnya Indeks yang Diterima Petani (It) sedalam 4,98 persen, lebih tinggi dibandingkan naiknya Indeks yang Dibayar Petani (Ib) yang tercatat setinggi 0,05 persen.
Penurunan yang terjadi pada It disebabkan oleh turunnya dua dari tiga kelompok penyusun pada subsektor ini. Penurunan terdalam tercatat pada indeks kelompok sayur-sayuran yang turun sedalam 8,53 persen, kemudian diikuti oleh indeks kelompok tanaman obat-obatan yang turun sedalam 4,72 persen. Sementara itu, indeks kelompok buah-buahan tercatat naik setinggi 1,52 persen. Komoditas yang dominan berpengaruh pada turunnya It, antara lain tomat, cabai rawit dan buncis. *dik