Denpasar (bisnisbali.com) –Kegiatan promosi pariwisata di daerah ini mampu berkontribusi untuk mempercepat pertumbuhan perekonomian Bali pasca-pandemi Covid-19. Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, G.A. Diah Utari menyampaikan bahwa sektor terkait pariwisata merupakan penyumbang utama pertumbuhan ekonomi Bali dengan kontribusi mencapai 41,91% lebih tinggi dari nasional yang sebesar 25,12%. Dengan semakin meningkatkan aktivitas pariwisata, pertumbuhan ekonomi Bali juga masih tercatat tinggi yang mencapai 5,98% (yoy) pada triwulan I 2024, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,11% (yoy).
Pertumbuhan sektor pariwisata juga menjadi lokomotif untuk penyerapan tenaga kerja dan tumbuhnya local community based business. Tingkat pengangguran di Bali per Februari 2024 sebesar 1,87% dan kemiskinan sebesar 4,25%, masing-masing lebih rendah dari nasional yang tercatat sebesar 4,82% dan 9,36%.
Sementara itu, jumlah UMKM terkait pariwisata jumlahnya lebih dari 200 ribu usaha berdasarkan data BPS. Namun demikian, Utari mengatakan, sektor pariwisata Bali masih terkonsentrasi pada wilayah Bali Selatan yakni Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan) yang tercermin dari share ekonomi, penyaluran kredit, Tingkat pendapatan dan pengeluaran yang lebih tinggi pada wilayah tersebut dibandingkan wilayah Non-Sarbagita. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan upaya untuk mendorong kunjungan wisawatan ke wilayah Bali Utara guna mengurangi ketimpangan.
Pj. Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya saat membuka Bali & Beyond Travel Fair (BBTF) X tahun 2024 menyebutkan dari event ini diprakirakan transaksi akan mencapai Rp7,61 triliun yang bersumber dari transaksi 370 buyer 45 negara.
Pameran BBTF diikuti oleh pelaku usaha pariwisata baik maskapai, agen perjalanan, hotel, event organizer, dan ragam usaha yang berfokus pada kegiatan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE). Pelaku usaha yang terlibat tidak hanya berasal dari Bali namun juga dari wilayah lain seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, NTB, NTT, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Timur. Dari negara lain yang turut hadir di antaranya yakni Nepal, Timor Leste, China, Amerika Serikat, Malaysia, Afrika Selatan, dan Iran.
Hal ini membuat travel fair dengan dampak ekonomi terbesar di Indonesia. Selain menampilkan booth-booth promosi pariwisata, rangkaian kegiatan dari BBTF tahun ini juga terdiri dari talk show pariwisata dan konferensi pers dari pejabat, pemerintah, serta industri pariwisata.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali menyambut baik dan turut mendukung penyelenggaraan BBTF. Sebanyak enam desa wisata binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali turut serta dalam bursa fair di antaranya Desa wisata Taro, Penglipuran, Pemuteran, Sudaji, Tampaksiring, dan Duda. Fasilitasi promosi desa wisata ini merupakan salah satu bentuk upaya Bank Indonesia dalam mendukung penerapan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan.
Desa Wisata tidak hanya mampu menggerakkan perekonomian masyarakat sekitar termasuk UMKM, namun juga turut menjaga kelestarian budaya dan adat Bali. Perwakilan pengelola desa wisata mengaku cukup banyak buyer yang berminat dengan paket wisata yang ditawarkan dan berencana akan melakukan negosiasi lebih lanjut.*dik