Fenomena Ini Berkontribusi pada Perekonomian Bali

165
FLUKTUASI - Cuaca ekstrem menyebabkan fluktuasi produksi dan harga komoditas pertanian di Bali.

Denpasar (bisnisbali.com) – Pada triwulan I-2024, nilai tambah yang tercipta dari seluruh aktivitas ekonomi di Bali diukur dengan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tercatat sebesar Rp39,72 triliun, turun dibandingkan dengan triwulan IV-2023 yang sebesar Rp41,67 triliun. Penurunan tersebut menyebabkan ekonomi Bali pada triwulan I-2024 terkontraksi 4,68 persen dibandingkan dengan triwulan IV-2023 (q-to-q).

Kepala BPS Bali Endang Retno Sri Subiyandani di Denpasar menyampaikan memasuki awal tahun 2024, beberapa fenomena berkontribusi pada perekonomian Bali periode Januari-Maret 2024. Cuaca ekstrem menyebabkan fluktuasi produksi dan harga komoditas pertanian, menurunnya realisasi belanja pemerintah berimbas pada penurunan nilai tambah yang tercipta.

Menurutnya momentum perayaan Hari Raya Galungan, Kuningan, dan Nyepi diduga mampu menjadi katalis penggerak perekonomian Bali tercermin dari meningkatnya output industri pengolahan. Di sisi lain, peningkatan nilai kredit yang disalurkan dan oleh bank umum dan BPR diperkirakan menjadi stimulus penciptaan nilai tambah pada aktivitas keuangan.

Keseluruhan fenomena tersebut selanjutnya bermuara pada corak perekonomian Bali yang terkontraksi pada triwulan I-2024 secara q-to-q. Hampir seluruh lapangan usaha penyusun PDRB Provinsi Bali pada triwulan I-2024 terkontraksi namun menyisakan tiga lapangan usaha yang tercatat tumbuh secara q-to-q.

Menurunnya realisasi belanja pemerintah pada triwulan I-2024 mengakibatkan kontraksi terdalam pada lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sedalam 14,99 persen. selanjutnya faktor cuaca ekstrem yang terjadi di beberapa wilayah di Bali diperkirakan turut andil pada penurunan nilai tambah sedalam 8,82 persen pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan.

Lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum sebagai kontributor terbesar juga terkontraksi sedalam 3,95 persen. Di sisi lain, beberapa lapangan usaha yang tumbuh ekspansif yaitu jasa keuangan dan asuransi sebesar 8,44 persen dan industri pengolahan sebesar 6,35 persen.

“Secara q-to-q, kontraksi terdalam tercatat pada lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib,” ujarnya.

Penurunan realisasi belanja pemerintah utamanya pada komponen belanja pegawai dan penyusutan berdampak pada penciptaan nilai tambah yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-2024, komponen belanja pegawai terkontraksi sedalam 3,81 persen. Sementara komponen penyusutan tercatat turun pada kisaran 59 persen secara q-to-q.

Sedangkan penurunan nilai tambah lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan utamanya disebabkan karena produksi komoditas tanaman pangan khususnya padi, perkebunan, dan perikanan yang menurun. Berdasarkan data hasil Kerangka Sampel Area (KSA), produksi padi pada triwulan I-2024 turun sedalam 38,84 persen secara q-to-q. Komoditas tanaman pangan kedelai, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar turut mengalami penurunan produksi.

Penurunan juga terjadi pada komoditas perkebunan baik perkebunan semusim maupun tahunan. Subkategori perikanan yang berkontribusi cukup besar, secara total mengalami penurunan output utamanya pada kelompok perikanan tangkap di laut dan perikanan budi daya.

Disebutkan lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum sebagai kontributor terbesar perekonomian Bali juga mengalami kontraksi secara q-to-q. Penurunan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) diperkirakan turut andil dalam menahan penciptaan nilai tambah baik pada aktivitas penyediaan akomodasi maupun makan minum.

Pada triwulan-I 2024, jumlah kunjungan wisman tercatat turun sedalam 0,21 persen. Angka sementara kunjungan wisnus juga berkurang pada kisaran 18 persen. Penurunan aktivitas pada penyediaan akomodasi terkonfirmasi dari angka sementara TPK yang turun khususnya pada kelompok hotel bintang.

Di tengah catatan kontraksi tersebut, beberapa lapangan usaha tumbuh impresif yaitu Jasa Keuangan dan Asuransi dan Industri Pengolahan. Momen Hari Raya Galungan dan Kuningan serta Hari Suci Nyepi diperkirakan mampu memberikan stimulus pada kinerja sektor keuangan di Bali serta mendorong peningkatan permintaan pada produk hasil industri pengolahan.

Hal tersebut tercermin dari data posisi kredit Statistik OJK yang menunjukkan peningkatan nilai kredit yang disalurkan oleh bank umum dan BPR masing-masing sebesar 0,33 persen dan 0,29 persen pada periode triwulan-I 2024. Peningkatan permintaan pada produk hasil industri pengolahan utamanya pada kelompok industri tekstil dan perlengkapan sarana upacara keagamaan yang tergabung pada kelompok industri pengolahan lainnya.

Ditinjau dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan I-2024 (q-to-q), ekonomi Bali terkontraksi sedalam 4,68 persen utamanya bersumber dari lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan sedalam 1,19 persen. Sementara lapangan usaha dengan sumbangan terbesar lainnya yaitu administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial wajib berkontribusi sedalam 0,86 persen dan perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor menyumbang sedalam 0,82 persen. Gabungan dari 14 lapangan usaha lainnya tercatat menahan pertumbuhan ekonomi Bali dengan sumbangan sedalam 1,81 persen pada triwulan I-2024 (secara q-to-q).*dik