Denpasar (bisnisbali.com) – Konflik yang terjadi di Timur Tengah, khususnya antara Israel dan Iran berpotensi memberi dampak lanjutan terhadap Indonesia, terutama dari sisi ekonomi bila tensinya kian memburuk. Waspada dampak lanjutan yang perlu diantisipasi seperti pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, kenaikan harga BBM dan lainnya.
Pemerhati ekonomi dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bali International Institute of Tourism Management (STIE BIITM) Sahid Bali, Dr. Luh Kadek Budi Martini, S.E., M.M., Senin (22/4) mengatakan, sebelum perang terbuka Iran dan Israel nilai tukar rupiah sudah anjlok tembus Rp16.132 per dolar AS. Perang terbuka Iran vs Israel harga minyak dunia lompat sampai 90 dolar AS per barel dari patokan harga IPC 83 dolar AS per barel.
“Minggu lalu perang Iran vs Israel sudah terjadi, di sisi lain perang Rusia vs Ukraina masih berlangsung dan belum ada tanda-tanda usai. Kita harus siap dengan dampaknya, yang tentu akan sampai ke Indonesia,” katanya.
Dampak yang perlu diwaspadai yaitu bisa jadi harga BBM akan naik, nilai tukar rupiah potensial semakin turun, karena masih banyak pembangkit listrik diesel maka pasti harga listirik juga akan naik.
Menurut Budi Martini, karena BBM dan listrik adalah komponen penting dalam produksi, pergudangan dan distribusi maka seluruh kebutuhan pokok juga dipastikan akan mengalami kenaikan. Ketika harga harga-harga naik, maka berikutnya daya beli akan berkurang. Menurunnya daya beli akan memaksa perusahaan untuk menurunkan produksinya, dan penurunan produksi akan berdampak pada PHK masal.
“Situasi ekonomi akan mempengaruhi politik, situasi politik akan mempengaruhi ekonomi,” ujarnya.
Untuk itu Budi Martini berharap semua harus agak berhati-hati untuk melakukan pengeluaran yang tidak penting, sebab bisa jadi akan ada potensi goncangan ekonomi dan bisa jadi politik.
Pariwisata Bali bisa juga kena imbas, karena rasa aman sudah mulai terganggu. Apalagi wisatawan Eropa, jelas akan mengalami penurunan ke Indonesia, khusunya Bali, karena udara di Asia Tengah tidak aman. Termasuk kondisi investasi sepertinya juga akan terganggu, karena gejolak ekonomi menyebabkan para investor akan berpikir ulang utk berinvestasi.
Sebelumnya Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dalam menghadapi dampak guncangan (shock) geopolitik global yang saat ini terjadi. Peningkatan tensi geopolitik dan ketidakpastian global ini menyebabkan dolar AS yang merupakan salah satu safe haven asset terus diburu para pelaku pasar dan mendorong penguatannya lebih lanjut.
Di sisi lain, perekonomian domestik juga terpengaruh oleh situasi geopolitik eksternal dimaksud sebagaimana terlihat dari data inflasi Indonesia Maret 2024 yang tercatat sebesar 0,52 persen (mtm) atau 3,05 persen (yoy) atau meningkat dibandingkan 2,75 persen (yoy) pada Februari 2024, meskipun masih tetap dalam rentang target yang ditetapkan. *dik