Tabanan (bisnisbali.com)–Pemerintah Kabupaten Tabanan melalui Dinas Pertanian mengimbau peternak babi agar memperketat biosecurity (keamanan hayati) di kandang guna mencegah penularan virus African Swine Fever (ASF) yang bisa menyebabkan kerugian secara ekonomi. Itu dilakukan meski saat ini Dinas Pertanian Tabanan belum menerima laporan adanya kemunculan kasus positif ASV pada babi milik masyarakat.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan I Gde Eka Parta Ariana menjelaskan, hingga kini belum ada laporan adanya kematian babi milik warga yang positif terjangkit ASF. Meski begitu, dengan munculnya kasus ASF di sejumlah kabupaten di Bali, peternak di Kabupaten Tabanan sebagai daerah penyangga harus waspada guna mencegah munculnnya hal sama. “Peternak di Tabanan harus waspada akan penularan ASF. Terlebih lagi Bali masih dikategorikan sebagai daerah endemik virus tersebut,” ujarnya, Senin (1/4).
Menurutnya, hingga saat ini di tengah belum adanya vaksin ASF maka satu-satunya upaya pencegahan adalah dengan memperketat biosecurity. Hal ini meliputi penyemprotan secara berkala di kandang dengan disinfektan dan mengawasi lalu lintas hewan.
Sementara itu, ancaman serangan ASF telah membuat kalangan peternak babi di Kabupaten Tabanan merasa waswas. Tidak itu saja, ancaman ASF juga menyebabkan harga babi di tingkat peternak mengalami penurunan. Saat ini harga babi siap potong di tingkat peternak berkisar Rp36.000 hingga Rp38.000 per kilogram. Harga ini turun dibandingkan sebelumnya yang sempat mencapai Rp40 ribu hingga Rp45.000 per kilogram.
Ia memperkirakan penurunan harga tersebut terjadi karena adanya sejumlah tukang jagal yang memanfaatkan ketakutan peternak terhadap ancaman serangan ASF dengan mempermainkan harga. “Adanya permainan sejumlah tukang jagal mengakibatkan harga babi turun. Sementara permintaan pasar dari kalangan konsumen masih tetap tinggi, mengingat ASF tidak bersifat zoonosis atau tidak menular kepada manusia,” papar Eka Parta Ariana. *man