Melaspas Pura Catur Parahyangan Punduk Dawa, Giri Prasta: Kita Bangga Jadi Umat Hindu dan Sameton MGPSSR

239
MELASPAS ALIT - Bupati Badung Nyoman Giri Prasta selaku Ketua MGPSSR Provinsi Bali menghadiri upacara melaspas alit di Pura Catur Parahyangan Linggih Ida Betara Mpu Gana, di Desa Punduk Dawa, Klungkung, Sabtu (24/2).

Semarapura (bisnisbali.com) – Bertepatan dengan hari Purnama Sasih Kesanga, Bupati Badung Nyoman Giri Prasta selaku Ketua MGPSSR Provinsi Bali, menghadiri upacara melaspas alit di Pura Catur Parahyangan Linggih Ida Betara Mpu Gana, di Desa Punduk Dawa, Klungkung. Sabtu (24/2). Upacara ini terlaksana berdasarkan hasil keputusan rapat yang diikuti oleh Saba Pandita, Saba Walaka, pengurus MGPSSR Provinsi, dan seluruh pengurus MGPSSR kabupaten/kota se-Bali.

“Hari ini kami melaksanakan upacara melaspas, kita merasa bangga sebagai umat Hindu utamanya sameton MGPSSR, karena pembangunan parahyangan ini mengedepankan konsep Tri Mandala yaitu Utama, Madya, dan Sor Mandala,” ucap Giri Prasta.

Dirinya menambahkan, Pura Catur Parahyangan Punduk Dawa ke depannya akan dikembangkan menjadi tempat wisata spiritual sekaligus sebagai tempat untuk mempelajari tattwa agama. Terlebih, di sor mandala pura sudah ada fasilitas pasraman untuk pemangku. “Kami juga ingin memberikan pengetahuan tentang ketattwaan pemangku, sehingga kualitas pemangku yang sudah melaksanakan proses ekajati apabila nanti menuju jenjang selanjutnya yaitu dwijati, betul-betul memiliki kualitas yang mumpuni untuk melayani diri sendiri, melayani dadia, maupun umat secara keseluruhan,” ujarnya.

Menurut Giri Prasta, perkembangan agama Hindu di Indonesia dewasa ini semakin pesat dan kompleks, sehingga umat perlu mendapatkan tuntunan dari pemuka agama (wiku), sebagai orang ahli yang membidangi upacara maupun upakaranya. Bila hal ini bisa dipenuhi maka tidak akan terjadi kesimpangsiuran dalam memberikan tuntunan kehidupan spiritual umat, terutama dalam pelaksanaan upacara keagamaan.

“Berdasarkan sesasa, wiku akan memberikan sebuah tatanan, sehingga pelaksanaan agama Hindu dresta Bali ini berjalan, karena merupakan warisan yang harus kita teruskan. Bagaimana kita harus bergerak bersama-sama membuat legacy untuk anak cucu. Sederhananya, Bali boleh maju tapi dengan kemajuan Bali jangan sampai menggerus akar budaya kita,” tegasnya.

Turut hadir, Ketua MGPSSR Pusat Prof. Wayan Wita, anggota DPR RI, Nyoman Parta dan Ketut Kariyasa Adnyana, Wakil Bupati Bangli Wayan Diar, pengurus MGPSSR kabupaten/kota se-Bali, serta tokoh warga Pasek. *adv