Sabtu, November 23, 2024
BerandaBaliKebutuhan Beras Kian Meningkat, Mobilitas Wisatawan di Bali Harus Diperhitungkan

Kebutuhan Beras Kian Meningkat, Mobilitas Wisatawan di Bali Harus Diperhitungkan

Melambungnya harga beras di pasaran masih menjadi perbincangan hangat.

Denpasar (bisnisbali.com)-Melambungnya harga beras di pasaran masih menjadi perbincangan hangat. Bahkan kenaikan harga yang terjadi saat ini begitu signifikan dari Rp12.500 per kilogram kini telah menyentuh Rp17.000 per kilogram. Minimnya produksi menjadi penyebab kenaikan tersebut di tengah kian meningkatnya kebutuhan beras. Terlebih di Bali yang menjadi destinasi pariwisata.

Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Bali Prof. Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc. MMA di Denpasar Minggu (18/2) mengakui, kenaikan harga beras memang rutin terjadi setiap akhir dan awal tahun. Hal tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan atau konsumsi yang juga dibarengi dengan hari raya yang terjadi pada akhir dan awal tahun. Di tambah meningkatnya kunjungan wisatawan pada momen tersebut.

“Misalnya saat Natal dan Tahun Baru permintaan akan meningkat. Ditambah gabah yang dihasilkan petani tidak sepenuhnya menjadi beras, ada yang dijadikan tepung, sehingga stok beras di pasaran menurun. Sementara permintaan semakin tinggi,” terangnya.

Selain itu lanjut Rektor Universitas Dwijendra ini mengatakan, di Bali mobilitas wisatawan yang tinggi juga harus disiapkan kebutuhan pangannya, termasuk beras. Artinya jumlah wisatawan meningkat, permintaan akan beras juga meningkat. Dengan itu, pencatatan kebutuhan beras di Bali tidak bisa hanya berdasarkan jumlah penduduk yang berKTP, namun menurutnya juga harus diperhitungan mobilitas wisatawan di Bali.

Disinggung terkait dengan produksi dan pasokan beras untuk Bali, pria asli Singaraja ini mengaku, masih tercukupi. Adanya impor beras dikatakannya, hal tersebut dilakukan untuk cadangan pemerintah yang dikeluarkan pada saat darurat, seperti bencana atau kemarau panjang.

Terkait signifikannya kenaikan harga beras saat ini, dia mengakui ada pengaruh dari kemarau panjang yang terjadi akhir tahun lalu, sehingga membuat tertundanya produksi beras. kanaikan harga inipun terjadi secara nasional, tidak hanya Bali. Kondisi seperti itu, menurutnya penting dilakukan penerapan teknologi pertanian yaitu menanam padi dengan sedikit air. Teknologi yang disebut SRI (system of rice intensification) ini diakuinya sudah ada, hanya saja membutuhkan dorongan agar petani mau menerapkannya, terutama saat musim kemarau panjang. *wid

Berita Terkait
- Advertisment -

Berita Populer