Denpasar (bisnisbali.com) –Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali menilai rata-rata secara keseluruhan, bank perekonomian rakyat (BPR) di Pulau Dewata sampai saat ini dalam kondisi yang aman dengan rasio permodalan dan rasio-rasio keuangan lainnya yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Seperti diketahui secara nasional, dalam dua bulan pertama tahun 2024, terdapat tiga BPR di luar Bali ditutup OJK dan satu menyandang status Bank Dalam Resolusi (BDR).
Kepala OJK Bali, Kristrianti Puji Rahayu menyampaikan, adapun kecukupan modal BPR yang tercermin pada likuiditas BPR (cash ratio/CR) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terjaga di atas threshold, berturut-turut sebesar 16,47 persen dan 31,96 persen.
“Tingginya permodalan perbankan diyakini mampu menyerap potensi risiko yang dihadapi dan OJK akan terus mendorong kinerja intermediasi dengan tetap menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pembiayaan dan terjaganya likuiditas,” katanya.
Puji Rahayu pun memaparkan kualitas kredit perbankan (Bank Umum dan BPR) di Bali tetap terjaga yang tercermin dari penurunan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) gross sebesar 2,95 persen lebih rendah dibandingkan posisi Desember 2022 yang sebesar 3,50 persen. Sementara itu NPL nett berada di posisi 1,60 persen, juga lebih rendah dibandingkan Desember 2022 yang sebesar 1,86 persen.
Sebelumnya Wakil Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Lana Soelistianingsih menyatakan, di tengah ketidakpastian global yang terus terjadi, perekonomian nasional masih tetap terjaga, salah satunya karena permintaan domestik yang tetap kuat dan kinerja investasi yang solid.
“Ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,04 persen pada kuartal IV 2023 dan 5,05 persen secara full year pada tahun 2023. Capaian ini merupakan salah satu yang terbaik di antara negara-negara G20 lainnya. Ekonomi Indonesia di tahun 2024 diperkirakan juga masih akan tumbuh positif di atas 5% dengan baseline sekitar 5,12 persen,” ujarnya.
Dia menambahkan, kinerja positif perekonomian Indonesia ini didukung oleh kinerja perbankan yang tetap solid. Intermediasi perbankan berjalan dengan baik yang ditopang oleh permodalan yang tebal dan rasio gagal bayar yang terjaga.
“Intermediasi perbankan terus tumbuh positif, per Desember 2023 kredit tumbuh 10,38 persen Year on Year sementara DPK tumbuh 3,73 persen YoY. Di sisi lain, per Desember 2023 NPL gross berada pada level yang terkendali sebesar 2,19 persen dan permodalan bank tetap kuat dengan CAR sebesar 27,69 persen,” imbuhnya.
Lebih jauh, Lana menekankan, industri perbankan Indonesia saat ini tumbuh solid yang ditopang oleh permodalan yang tebal.
“LPS akan senantiasa menjaga kepercayaan nasabah melalui pelaksanaan tugas dan fungsi LPS, serta melalui kolaborasi dengan berbagai pihak. Dengan semakin banyak masyarakat yang memahami peran dan fungsi LPS, maka risiko terjadinya bank run akan dapat diminimalisir,” pungkasnya.*dik