Tabanan (bisnisbali.com)-Lonjakan harga beras di tingkat usaha penggilingan di Kabupaten Tabanan terus berlanjut. Harga beras kualitas medium menyentuh Rp14.000 per kilogram saat ini. Menariknya, harga terbaru tersebut waktunya kurang dari seminggu dari sebelumnya yang sudah melonjak menjadi Rp13.500 per kilogram.
Salah satu pengelola usaha penggilingan beras (PB) Boki Murni di Desa Bengkel, Kecamatan Kediri, Pande Putu Widya Paramarta, mengungkapkan harga beras di tingkat penggilingan kembali naik sekarang. Peningkatan terjadi setiap hari rata-rata Rp200 per kilogram. Kenaikan harga beras lokal ini mengikuti lonjakan harga beras dari Jawa yang juga makin mahal.
“Harga Rp13.500 per kilogram kemarin sudah naik menjadi Rp13.800. Hari ini sudah naik lagi ke posisi Rp14.000 per kilogram,” jelasnya, Minggu (4/2).
Asumsinya dengan harga beras kualitas medium di penggilingan Rp14.000 per kilogram, maka harga di tingkat pengecer menyentuh Rp15.000 dan di tingkat konsumen berpotensi mencapai Rp16.000 per kilogram. Sementara harga beras kualitas premium tentunya akan lebih mahal lagi.
Menurutnya, hal yang sama juga terjadi pada harga gabah kualitas gabah kering panen (GKP) di tingkat petani. Trennya naik sekaligus menjadi salah satu penyumbang efek domino kenaikan harga beras sekarang. Pada akhir minggu lalu harga gabah di tingkat petani masih Rp7.000 hingga Rp7.200 per kilogram, namun kini sudah naik ke posisi Rp7.800 per kilogram. “Harga gabah kemungkinan naik lagi karena saudagar dari Jawa berani membeli hasil petani lokal ini Rp8.000 per kilogram,” ujarnya.
Widya Paramarta menjelaskan, saat ini harga beras dan gabah merupakan posisi harga tertinggi yang pernah terjadi. Ia memprediksi mahalnya harga salah satu bahan pokok ini dipicu sedikitnya jumlah panen. Kalau pun ada panen jumlahnya hanya berupa spot-spot kecil dan rendemennya tidak bagus akibat musim hujan. Kondisi tersebut diperparah lagi dengan naiknya harga beras yang disuplai dari Jawa.
Ia memperkirakan lonjakan harga beras dan gabah akan terus berlanjut, terlebih lagi adanya momen Galungan dan Kuningan dalam waktu dekat yang berpotensi mendongkrak permintaan pasar. Di sisi lain, potensi lonjakan permintaan pasar tersebut belum diimbangi dengan jumlah produksi gabah dan upaya pemerintah dalam menekan harga beras di pasaran.
Sementara itu, salah seorang pedagang sembako, Jero Puspa, mengatakan lonjakan harga beras hampir terjadi setiap hari. Oleh karena itu pihaknya memilih membatasi jumlah pembelian dari supplier beras untuk mencegah kerugian.
“Harga beras yang naik dengan cepat agak berisiko jika saya harus menyetok barang dalam jumlah besar. Takutnya ketika beli mahal, sewaktu-waktu harga malah turun nantinya ketika dijual kembali ke konsumen. Lagi pula pembelian konsumen agak lesu saat ini,” kilahnya. *man