Denpasar (bisnisbali.com) – Melambungnya harga beras saat ini disinyalir karena minimnya produksi petani. Namun pasokan ke pasar masih tetap lancar atau tidak terjadi kelangkaan. Dengan itu melambungnya harga beras saat ini erat dipengaruhi oleh psikologi pasar.
Hal tersebut diungkapkan oleh Dirut Perumda Pasar Sewakadarma Kota Denpasar, Ida Bagus Kompyang Wiranata saat diwawancarai Rabu (31/1). “Dilihat secara nasional produksi petani (padi) bulan-bulan ini kan ga maksimal, defisit dia. Nah secara psikologi itu mempengaruhi harga. Sebenarnya beras ada, cuma harganya sudah naik,” katanya.
Lebih lanjut kata Gus Kowi panggilan akrabnya, tidak sampai ada kelangkaan beras di pasaran. Pasokan masih lancar, hanya saja harga dari distributor sudah naik. Untuk menekan lonjakan harga tersebut, Gus Kowi mengatakan, pihaknya melakukan beberapa upaya seperti operasi pasar. Keberadaan beras SPHP (Stabilisasi Pasokan Harga Pangan) dari Bulog sangat membantu. Hanya saja ketersediaan beras ini terbatas. Setiap pedagang mendapatkan kuota penyaluran 2 ton per minggu.
Dari 16 pasar yang bernaung di bawah Perumda Pasar Sewakadarma, hanya 2 pasar yang menyalurkan beras SPHP yakni Pasar Badung dan Pasar Kereneng. Di Pasar Badung ada 6 kios/los yang menjual beras SPHP dan Pasar Kereneng ada 4 kios/los yang menyakurkan.
Di sisi lain, pihaknya juga telah bekerja sama dengan Pekaseh (Subak) di Kota Denpasar yang nantinya akan menyerap langsung panen padi di Denpasar. Namun kerja sama tersebut masih akan dijajaki lebih lanjut.
Sementara itu, terkait harga gabah saat ini telah mencapai Rp7.400 per kilogram dari sebelumnya Rp7.200 per kilogram untuk gabah kering panen (GKP). Pada saat normal HPP GKP hanya Rp5.000 per kilogram. Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) Tabanan, I Ketut Budiarta. *wid