Denpasar (bisnisbali.com)- Lonjakan kunjungan wisatawan ke Bali pada Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) ini berdampak pada meningkatnya jumlah atau volume kendaraan di Bali yang berujung pada kemacetan. Pemerintah Kota Denpasar sebagai ibu kota provinsi pun memprediksi volume kendaraan naik 20 persen. Kemacetan yang sudah terjadi di Bali dan naiknya volume kendaraan pada momen tertentu harus segera ditangani. Jika tidak keberlangsungan Pariwisata Bali akan terancam.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Bali Tourism Board (BTB), Ida Bagus Agung Partha Adnyana saat diwawancarai, Rabu (27/12). Dia mengatakan, kemacetan ini tentunya berpotensi merugikan pariwisata Bali. Khususnya dari sisi citra Bali. Sebab umumnya wisatawan enggan mendatangi wilayah yang padat. “Bisa saja tahun depan orang malas datang ke Bali,” ujarnya.
Menurut Gus Agung, kemacetan ini pada tahun lalu masih dapat diterima. Hal ini karena ada euphoria pasca Covid-19, yang mana masyarakat melihat keramaian berarti ekonomi berputar. Kemudian di tahun kedua, kemacetan mulai memantik kekesalan. “Tahun ketiga, kalau kita tidak bisa mengatasi ini, pemerintah tidak bisa mengatasi ini, saya yakin Bali tidak akan menjadi destinasi favorit lagi untuk wisdom atau wisman,” cetusnya.
Menurutnya, peningkatan volume kendaraan yang terjadi di Bali saat Libur Nataru ini salah satunya dikarenakan harga tiket pesawat yang mahal. Sehingga, banyak yang memilih datang ke Bali dengan kendaraan pribadi atau travel.
Tentunya, kata pria yang akrab disapa Gus Agung ini, kedatangan 30 ribuan kendaraan ke Pulau Dewata, menimbulkan kekhawatiran Bali akan semakin sesak. Mengingat, pada hari normal saja, kemacetan di Bali tak bisa dibendung. “Kita yang sehari-hari saja sudah macet, ditambah lagi dengan 32 ribu kendaraan (yang datang ke Bali). Saya yakin setelah tanggal 26 ini pasti akan datang lagi, naik lagi mobil dan orang datang ke Bali,” imbuhnya. *wid