Denpasar (bisnisbali.com)-Terompet menjadi salah satu benda yang tak bisa ditinggalkan saat momen pergantian tahun. Sebelumnya, penggunaan benda yang ditiup ini sempat tidak diperbolehkan saat pandemi Covid-19 dan kini mulai diburu lagi untuk perayaan akhir tahun. Kondisi ini membuat para perajin kebanjiran order.
Seperti diakui salah seorang perajin terompet di Jalan Wibisana, Denpasar Lilik Rustini. Saat ditemui di kediamannya, Selasa (26/12) kemarin, dia mengaku telah mengerjakan 15 ribu terompet jelang pergantian tahun. Dia pun mengaku kewalahan dan hanya mampu mengerjakan pesanan yang sudah diterima sebelumnya.
“Ini sampai tanggal 29 masih dikerjakan. Harusnya sudah selesai, tapi karena masih ada pesanan, jadi lanjut lagi dikerjakan,” ungkapnya.
Hingga kini sudah sebanyak 10 ribu terompet corong dijual dan 5 ribu terompet naga. Selain itu ia juga membuat topi bertemakan tahun baru sebanyak 2 ribu buah. Untuk harga satuan, terompet naga dibanderol harga Rp7 ribu dan terompet corong Rp3 ribu. Harga tersebut untuk minimal pengambilan 500 buah.
Kebanyakan yang ngambil di tempatnya yakni pengepul dan pedagang mainan untuk dijual kembali. Beberapa juga ada suplayer ke hotel-hotel di Bali. Untuk bahan membuat terompet ia menggunakan kertas map dan sebagian bahannya ia ambil dari Jawa. Pengerjaan semua manual.
Dibantu 4 pekerja, beragam terompet tersebut diakuinya sudah dikerjakan sejak Februari lalu. “Harus dicicil ngerjainnya biar dapat banyak, karena ga bisa sekalian,” katanya.
Untuk tahun ini, Lilik mengaku ada peningkatan sekitar 50 persen dari tahun sebelumnya. Terlebih setelah pandemi permintaan mulai meningkat. “Kalau pas pandemi memang benar benar ga buat. Karena ga boleh kan waktu itu,” terangnya.
Ia pun meyakinkan terompet miliknya sudah pasti berbunyi tanpa harus mencoba meniupnya saat membeli. Karena peluit terompetnya sudah ia pastikan terpasang dengan benar. *wid