Tabanan (bisnisbali.com)-Harga babi di tingkat peternak kembali turun. Terbaru, harga menyentuh Rp30.000 hingga Rp29.000 per kilogram. Harga ini jauh di bawah harga Break Even Point (BEP) yang berada di kisaran Rp35.000 per kilogram atau Rp3.500.000 per ekor untuk biaya bibit dan pakan hingga siap jual.
Salah seorang peternak babi di Desa Baru, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, I Ketut Gede Jaya Ada, Rabu (20/12), mengungkapkan setelah sempat menguat tipis mencapai Rp31.000 per kilogram, sejak empat hari terakhir harga babi di tingkat peternak kembali melemah atau semakin jauh di bawah harga BEP.
Penyebabnya, lanjut Jaya Ada, jumlah babi siap potong di Bali secara umum berada dalam posisi kelebihan produksi. Kondisi ini disumbang oleh babi hasil peternak kerakyatan yang menjual produksi di pasar lokal dan peternak kemitraan yang sejatinya tidak boleh ikut menjual daging atau babi di pasar lokal atau di Bali. Akibatnya, populasi babi berlebih atau tidak sebanding dengan serapan pasar lokal. “Hanya, meski harga babi di peternak turun, di pasaran atau pedagang harga daging babi masih mahal,” ujarnya.
Ia memprediksi harga babi yang jauh di bawah BEP terjadi hingga setahun ke depan, jika pemerintah tidak segera mengambil tindakan. Salah satunya tegas terhadap tata niaga perdagangan babi di tingkat lokal, sehingga keberadaan peternak kerakyatan terlindungi dari sisi usaha agar tidak selalu merugi. “Saat ini dengan anjloknya harga, saya sudah minus karena biaya pakan semakin mahal,” kilahnya.
Untuk menekan biaya produksi, ia bahkan mengurangi populasi isian kandang saat ini. Jumlah indukan yang awalnya 60 ekor, sekarang hanya 25 ekor. Begitu pula jumlah populasi babi penggemukan yang sebelumnya mencapai 500 ekor, kini turun menjadi 200 ekor.
Hal senada disampaikan peternak lainnya, Nyoman Arimbawa, di Kecamatan Marga. Menurutnya, saat ini sejumlah peternak babi di Bali sudah di ambang kebangkrutan karena dibebani dengan harga pakan yang tinggi. “Padahal sebenarnya kita memiliki lahan yang luas. Seperti Sumbawa dan Bima merupakan penghasil jagung yang tinggi, tapi biaya pakan dari pabrikan tetap saja mahal,” jelasnya.
Ia mengharapkan pemerintah sebagai pengawas dan pemegang kebijakan menyikapi permasalahan yang dihadapi oleh peternak kerakyatan. Minimal bisa menetapkan harga babi agar berada di posisi yang ideal dan ketika harga berada di bawah ketetapan harga tersebut, pemerintah juga segera bersikap untuk mengamankan.
Saat ini harga daging di pasaran mencapai Rp65.000 hingga Rp80.000 per kilogram. Harga di tingkat peternak jauh di bawah itu, yakni Rp30.000 per kilogram. ”Bahkan, peternak yang butuh uang cepat, bisa menjual ternaknya dengan harga sangat murah. Pemerintah hendaknya mengambil langkah penyelamatan peternak kerakyatan,” sebut Arimbawa. *man