Tabanan (bisnisbali.com)-Kenaikan harga cabai rawit di tingkat petani di Kabupaten Tabanan terus berlanjut. Harga komoditas bercita rasa pedas ini sudah mencapai Rp80 ribu per kilogram atau naik dibandingkan akhir November lalu yang perdagangan di posisi Rp72 ribu per kilogram.
Salah seorang petani cabai rawit di Banjar Bangah, Kecamatan Baturiti, Nyoman Sudiasa, Minggu (10/12), mengungkapkan kenaikan harga cabai rawit di tingkat petani ini sudah terjadi sejak seminggu terakhir. Hal yang sama juga berlaku pada komoditas cabai merah besar yang diperdagangkan Rp65 ribu hingga Rp70 ribu per kilogram atau naik dari posisi Rp50 ribu per kilogram. “Harga cabai rawit di pasaran bisa jadi sudah naik lagi atau di atas harga di petani. Mungkin sudah Rp85 ribu hingga Rp87 ribu per kilogram,” tuturnya
Melonjaknya harga cabai rawit dipicu oleh meningkatnya permintaan pasar menjelang momen akhir tahun dan produksi di tingkat petani mengalami penurunan saat ini. Intensitas hujan menyebabkan rontoknya bunga yang menjadi cikal bakal tumbuhnya buah cabai. “Banyak tanaman cabai rontok akibat musim hujan. Per pohon rata-rata mengalami penurunan produksi hingga 15 persen dari rata-rata normal,” ujarnya.
Bercermin dari kondisi itu, Sudiasa memprediksi harga cabai rawit di tingkat petani berpotensi semakin naik. Berpeluang menembus Rp100 ribu per kilogram bahkan lebih seperti yang pernah terjadi pada momen sama tahun sebelumnya. Sebab, di sentra produksi lain termasuk luar Bali produksinya semakin menipis dan harga naik. “Di Jawa, harga cabai rawit di petani sudah menyentuh Rp90 ribu per kilogram. Khusus di Yogyakarta, informasi dari teman saya, harganya Rp85 ribu per kilogram,” jelasnya.
Menurutnya, kenaikan harga cabai rawit tentu disambut gembira oleh para petani. Sebab, meski produksi turun, petani masih bisa menerima keuntungan dari usaha bertani cabai rawit saat ini.
Sementara itu, pedagang sembako di Pasar Tabanan, Wayan Mustini, menyampaikan selain beras maka cabai rawit menjadi komoditas lain yang menonjol lonjakan harganya sekarang ini. Kenaikan harga sudah terjadi di tingkat supplier, sehingga ia hanya menyesuaikan. “Kenaikan harga cabai rawit membuat konsumen cenderung mengurangi pembelian. Saya pun tidak berani menyediakan banyak karena takut busuk akibat tidak laku,” pungkasnya. *man