PANDEMI Covid-19 yang berlangsung selama 3 tahun lalu membuat perekonomian masyarakat terpuruk. Tak sedikit usaha yang gulung tikar saat itu. Namun kondisi ini juga membuat jenis usaha baru tumbuh bahkan tidak sedikit yang telah berkembang.
Seperti usaha ayam geprek yang dibangun oleh Desak Nyoman Astina yang kini berkembang pesat. Bahkan warung yang diberi nama Geprek Pojok ini nampak tak pernah sepi pembeli.
Saat ditemui di warungnya yang berada di Jalan Ahmad Yani Denpasar, ia mengaku, warung ayam geprek ini berdiri sejak pandemi Covid-19. Awal mula berdiri warung geprek tersebut diakuiya karena bisnis katering miliknya yang melayani hotel tegerus akibat pandemi. Dengan itu dia mulai banting stir membangun bisnis baru.
Wanita yang akrab dipanggil Desak Ina mengatakan, selain ayam geprek, dia juga membuat usaha pisang goreng saat itu. Namun pergerakan usaha pisang goreng tidak sepesat ayam geprek yang kini terus berkembang.
Pada awal berdiri, usaha ayam gepreknya hanya mampu menghabiskan rata-rata 2 kilogram daging ayam dalam sehari. Namun saat ini ratusan kilogram mampu habis setia harinya. “Daging ayam itu habis sekitar 120 kilo per hari, kulit ayam 10 kilo, ceker 10 kilo dan usus 10 kilo. Kalau tahu tempe per hari masing masing 100 porsi habis,” katanya.
Ayam geprek miliknya menawarkan 13 varian sambal. Paling laris yaitu sabal pedas ori, sambal korek dan sambal pedas. Sambal korek ini kata Desak Ina memiliki level pedas dari cabai 1 hingga 30 cabai.
Disinggung terkait rencana membuka cabang, Desa Ina mengaku belum berani karena secara brand dan hak paten dia belum kuat. “Belum siap takut bermasalah,” katanya.
Saat ini usaha ayam gepreknya sudah berada dalam sebuah ruko yang lengkap dengan tempat makan. Awal mula ayam geprek ini hanya mengandalkan sebuah rombong di pinggir jalan. Warung ini buka dari pukul 11.00 WITA hingga 24.00 WITA. *wid