Denpasar (bisnisbali.com)-Kemarau panjang membuat intensitas produksi produk pertanian di Bali menurun, salah satunya padi. Hal ini menimbulkan kekhwatiran akan ketersediaan beras yang menjadi pangan pokok masyarakat. Terlebih harga yang ditawarkan saat ini cukup tinggi.
Manajer Supply Chain dan Pelayanan Publik Bulog Kantor Wilayah Bali Suudi Mutim saat diwawancarai belum lama ini menjelaskan, saat ini stok beras di Gudang Bulog mencapai 4.150 ton. Selain itu ada tambahan pasokan dari Jawa Timur sebanyak 5.070 ton. Dengan demikian persediaan beras di Bali masih aman.
Menurutnya, jumlah tersebut masih cukup termasuk jika dimanfaatkan untuk program Stabiliasai Pasokan Harga Pasar (SPHP) dan Bantuan Pangan Pemerintah, bahkan hingga awal tahun 2024 serta menjelang pemilihan umum (pemilu) mendatang.
“Meski dikurangi untuk program Bantuan Pangan Pemerintah dan SPHP, stok beras kita masih ada sekitar 5.000 ton hingga akhir tahun nanti. Jika menjelang pemilu, yaitu Januari-Februari nanti kembali digelontorkan, stok juga masih aman,” terangnya.
Disinggung terkait tambahan impor beras yang dilakukan Indonesia saat ini, Suudi Mutim mengatakan hal itu untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Impor ini memang menjadi kebutuhan mendesak untuk cadangan pangan nasional dikarenakan El Nino berdampak pada turunnya produksi pertanian khususnya beras. “Itulah tugas dan fungsi Bulog dalam menyediakan cadangan pangan nasional. Kita berupaya menyediakan stok, tidak ada hubungannya dengan pemilu,” paparnya. *wid