Denpasar (bisnisbali.com)-Perubahan cuaca sangat rentan memengaruhi produksi produk pertanian. Hal ini berdampak pada jumlah pasokan ke pasaran yang berimbas terhadap harga jual. Makin sedikit pasokan, maka harga jual akan melonjak, demikian sebaliknya.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali Ni Luh Putu Trisnadewi, Senin (6/11). El Nino juga berdampak pada kemarau panjang yang terjadi saat ini. Produksi produk pertanian menurun, seperti cabai.
Dikatakannya, komoditas ini sangat rentan terhadap cuaca. Saat kemarau panjang produksi cabai menurun. Sementara saat musim hujan rentan terhadap gagal panen karena jenis tanaman ini tidak tahan air yang membuat bunga dan buahnya rontok.
Hal itu tentu memengaruhi pasokan ke pasar yang membuat harga bergejolak. “Kalau pasokan sedikit harga akan naik. Demikian sebaliknya, kalau pasokan banyak harga akan turun,” terangnya.
Disinggung terkait komoditas pasar yang paling bergejolak setahun terakhir ini, Trisnadewi menyebut beras paling utama. Setelah itu gula pasir, telur ayam dan cabai rawit. “Yang paling menonjol dari tahun ke tahun adalah beras,” katanya.
Menurutnya, fluktuasi harga pangan ini tentu berpengaruh terhadap inflasi. Sebagai upaya menekan laju inflasi, pihaknya mengaku telah melakukan beberapa upaya. Seperti pasar murah yang dilaksanakan melalui kerja sama dengan Disperindag kabupaten/kota dan Bulog. Melalui kerja sama ini, 378 kali pasar murah telah dilaksanakan ke suluruh kabupaten/kota. Kegiatan ini akan berlangsung hingga akhir tahun nanti. *wid