Denpasar (bisnisbali.com) – Berdasarkan hasil Survei Kerangka Sampel Area (KSA), puncak panen padi di Bali pada 2023 terjadi pada Mei dengan luas panen mencapai 14.280 hektare. Sedangkan puncak panen padi pada 2022 terjadi pada April dengan luas panen mencapai 18.310 hektare. Dengan kata lain, puncak panen padi pada Mei 2023 relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan puncak panen padi pada April 2022.
BPS Bali mencatat realisasi panen padi sepanjang Januari−September 2023 sebesar 80.663 hektare, atau mengalami penurunan sekitar 3.053 hektare (3,65 persen) dibandingkan Januari−September 2022 yang mencapai 83.716 hektare. Sementara itu, potensi luas panen padi pada Oktober−Desember 2023 diperkirakan sekitar 30.007 hektare. Dengan demikian, total luas panen padi pada 2023 diperkirakan sebesar 110.670 hektare, atau mengalami penurunan sekitar 1.650 hektare (1,47 persen) dibandingkan luas panen padi pada 2022 yang sebesar 112.321 hektare.
Kepala BPS Bali Endang Retno Sri Subiyandani di Denpasar menjabarkan, produksi padi di Provinsi Bali sepanjang Januari−September 2023 diperkirakan sebesar 482.029 ton gabah kering giling (GKG) GKG, atau mengalami penurunan sekitar 18.129 ton GKG (3,62 persen) dibandingkan Januari−September 2022 yang sebesar 500.158 ton GKG. Sementara itu, berdasarkan amatan fase tumbuh padi hasil Survei KSA September 2023, potensi produksi padi sepanjang Oktober−Desember 2023 ialah sebesar 186.583 ton GKG.
“Dengan demikian, total produksi padi pada 2023 diperkirakan sebesar 668.612 ton GKG, atau mengalami penurunan sebanyak 11.989 ton GKG (1,76 persen) dibandingkan 2022 yang sebesar 680.602 ton GKG,” katanya.
BPS Bali mencatat produksi padi tertinggi pada 2023 terjadi di Mei. Sedangkan pada tahun 2022, produksi padi tertinggi terjadi di bulan April. Sementara produksi padi terendah selama tahun 2023 diperkirakan terjadi di bulan Februari. Produksi padi pada Mei 2023 yaitu sebesar 85.771 ton GKG, sedangkan produksi padi pada Februari 2023 sebesar 31.757 ton GKG.
Tiga kabupaten dengan total produksi padi (GKG) tertinggi pada 2023 adalah Tabanan, Gianyar, dan Badung. Sementara itu, tiga kabupaten/kota dengan produksi padi terendah yaitu Bangli, Denpasar, dan Klungkung. Penurunan produksi padi pada 2023 terjadi di beberapa wilayah seperti Gianyar, Badung, Karangasem, Denpasar, dan Bangli. Di sisi lain, terdapat beberapa kabupaten yang mengalami peningkatan produksi padi, yakni Tabanan, Buleleng, Jembrana, dan Klungkung.
“Jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, maka produksi padi sepanjang Januari−September 2023 diperkirakan setara dengan 271.843 ton beras, atau mengalami penurunan sebesar 10.224 ton (3,62 persen) dibandingkan Januari− September 2022 yang sebesar 282.067 ton,” ungkapnya.
Sementara itu, potensi produksi beras sepanjang Oktober−Desember 2023 ialah sebesar 105.224 ton. Dengan demikian, total produksi beras pada 2023 diperkirakan sekitar 377.068 ton, atau mengalami penurunan sebesar 6.762 ton (1,76 persen) dibandingkan produksi beras pada 2022 yang sebesar 383.829 ton.
Produksi beras tertinggi pada 2023 terjadi di bulan Mei, yaitu sebesar 48.371 ton. Sementara itu, produksi beras terendah diperkirakan terjadi pada bulan Februari, yaitu sebesar 17.910 ton. Kondisi ini sedikit berbeda dengan tahun 2022, di mana produksi beras tertinggi terjadi di bulan April. Sedangkan untuk produksi beras terendah tahun 2022 terjadi pada bulan yang sama, yakni Februari. *dik