Denpasar (bisnisbali.com) – Pemerhati ekonomi Viraguna Bagoes Oka menilai Bali saat ini dimaklumi tidak memiliki sumber daya alam serta pertanian yang masih belum bangkit sehingga pasokan bahan pokok masyarakatnya masih terus menerus harus ditopang (hampir 60-70 persen) dari luar Bali.
“Pariwisata dan dunia usaha Bali pascapandemi terus bergerak tumbuh pesat yang diwarnai dengan migrasi pergerakan manusia sejalan dengan perbaikan infrastruktur jalan nasional dan perdagangan jasa dan kuliner yang menonjol. Itu tercermin agregate pertumbuhan supply and demand yang pesat dan mayoritas masih berbasis konsumerisme,” ungkap Viraguna Bagoes Oka.
Sementara investasi yang produktif Bali relatif terbatas tercermin dari total realisasi belanja pemerintah (APBD dan APBN) yang mencapai Rp44,9 triliun sampai dengan periode September 2023 (yoy) atau hanya tumbuh 2,72 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp43,02 triliun. Sementara inflasi Bali merambat naik terus pada level 6,85 persen(yoy) dibanding inflasi nasional yg tercatat 5,51 persen( yoy).
Mencermati perkembangan yang terjadi dimana Bali masih menjadi primadona atau tujuan utama wisman dan wisdom sehingga pariwisata dan dunia usaha Bali tanpa pengelolaan yang terintegrasi dan kepemimpinan yang terpadu, kredibel, kompeten dan terpercaya berbasis 3 pilar utama Otoritas Khusus Pariwisata Bali (Otoritas khusus Keimigrasian, Otoritas Khusus Pengelolaan Pintu Masuk Bali dan Otoritas Khusus Investasi Bali) yang terpusat pada Kewenangan Khusus ditangan Gubernur Provinsi Bali maka sumber dana dan sumber daya pengelolaan pariwisata dan dunia usaha Bali di era baru tetap akan carut marut.
Salah satu contoh menonjol permasalahan yang tidak kunjung tuntas dalam penanganan /pengelolaan lingkungan Bali Asri: Aman, Bersih, Sehat, Bebas Macet serta penanganan sampah yang hingga bencana kebakaran diberbagai TPA yang tidak kunjung usai yang sangat mengancam kesehatan, kenyamanan serta keasrian Bali yang tersohor di mancanegara.
Menurutnya, sebagaimana dimaklumi, prasyarat utama bagi tumbuhnya pariwisata dan dunia usaha Bali yang harmoni adalah terwujudnya pariwisata dan dunia usaha yang berbasis kearifan lokal( local wisdom) dan Tri Hita Karana (yang selama ini hanya sebatas slogan/janji semata pada saat pencalegan, pilwalkota, pilkada dan pilpres).
Semoga dengan kepemimpinan Baru Pejabat Gubernur Baru ada terobosan baru dengan bisa mewujudkan 3 Pilar Utama “Kewenangan Khusus Pariwisata Bali” dimaksud secara nyata dan konsekuen utk bisa menjawab tantangan atas tekad mewujudkan pariwisata dan dunia usaha Bali era baru yang berkualitas berbasis Tri Hita Karana. *dik