Denpasar (bisnisbali.com) – Kemarau panjang yang terjadi di Bali tak membuat para petani gagal panen. Hanya saja intensitas tanam petani khususnya padi berkurang akibat ketersediaan air yang terbatas.
Hal tersebut disampaikan Ketua Himpunan kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Bali sekaligus Rektor Universitas Dwijendra Gede Sedana saat diwawancarai Selasa (31/10). “Memang sekarang ini karena musim kemaraunya berkepanjangan, yang terpengaruh itu adalah ketersediaan air. Nah ketersediaan air ini lah yang kemudian intensitas tanamnya menjadi menurun di tingkat petani,” ujarnya.
Sedana mengatakan, petani yang tadinya menanam dua kali padi menjadi satu kali. Atau para petani dapat menanam padi namun lahannya tidak digunakan 100 persen untuk menanam padi. Sehingga intensitas tanam berpengaruh pada luas tanam dan yang pada luas panen. Sementara dari luas panen yang menurun ini maka prediksi nya produksinya juga menjadi turun.
“Namun di sisi lain adanya musim seperti ini terjadi kenaikan harga gabah dan ini memang di beberapa daerah bisa langsung dinikmati oleh petani sehingga petani juga merasa ada peningkatan keuntungan dari menjual gabahnya,” imbuhnya.
Namun karena kenaikan harga gabah maka harga beras di pasaran juga ikut naik. Sehingga para petani pun yang menjual gabah kemudian dia harus membeli beras dan membuat pendapatannya itu kembali menjadi rendah. Sehingga menjadi satu ekosistem yang menjadi satu bagian.
Tentunya musim kemarau ini sangat mempengaruhi produsen, petani sampai penggilingan gabah sampai tingkat pengecer. Tetapi kata Sedana kasus kemarau di Bali ini tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap petani di Bali.
“Nah kenapa tidak signifikan? Karena para petani kita pada saat tidak menanam padi bisa mengusahakan tanaman lain selain padi. Dibeberapa subak petani-petani terbiasa menanam bunga, sehingga bisa mendapat penghasilan dari sana selain itu sayuran, hortikultura juga ada di sana gitu, sehingga ada pemasukan,” lanjutnya.
Maka dari itu kemarau panjang ini di Bali tidak memberi dampak signifikan. Terdapat pengaruh namun subak di Bali masih bisa mengatasi dengan cara melakukan pengaturan air. *wid