BERBAGAI upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan daya saing ekonomi. Di sektor pertambangan, pemerintah berupaya memaksimalkan hilirisasi industri pertambangan agar dapat memperkuat daya saing perekonomian nasional.
Karena itu berbagai tantangan hilirisasi pertambangan harus bisa dicari solusinya sehingga tata kelola dan pola ekosistem industri hilir pertambangan bisa terwujud, termasuk memaksimalkan pemanfaatan digitalisasi. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia, Arifin Tasrif saat membuka Indonesia Mining Summit 2023 dengan tema The Future of Suistainable Downstream di Nusa Dua, beberapa waktu lalu menyampaikan, potensi mineral dan batubara yang sangat besar berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi ke depan dan kemandirian serta ketahanan industri nasional.
Menurutnya, kebijakan yang menjadi prioritas antara lain peningkatan ekplorasi sumber daya cadangan masuk potensi logam tanah jarang dan mineral-mineral kritis. Reklamasi serta pascatambang kepastian berusaha dan investasi peningkatan nilai tambah inilah fokus kebijakan Minerba (mineral dan batubara) yang harus dilaksanakan.
Ia pun menyebutkan peningkatan nilai tambah mineral memiliki peranan penting dalam mendukung transisi energi di Indonesia. Sumber daya nikel di Indonesia mencapai 17,3 miliar ton dengan cadangan 50 miliar ton. Produksi di 2022 mencapai 516,7 ribu ton ferronickle, 76 ribu ton nickel matte dan 106,3 juta ton bijih nikel.
Untuk tindak lanjut yang dilakukan dengan pembatasan smelternya teknologi pyrometalurgi dan mendorong industri powder dan alloy. Termasuk, perlu pengendalian laju konsumsi saprolit ( bijih nikel > 1,5 persen Ni) dikarenakan umur cadangan sampai dengan 2035.
Sementara untuk alumunium sumber daya 6,21 miliar ton (ore) dengan cadangan 3,1 miliar ton ( ore) produksi 2022 mencapai 31,8 juta ton. Tindak lanjut kebijakan mengutamakan pemenuhan kebutuhan SGA dalam negeri (DMO) dan berkoordinasi dengan Kementerian Perindustrian.
Untuk tembaga diakui memiliki sumber daya 15,8 miliar ton (ore) dengan cadangan 3,0 miliar ton (ore) di mana produksi mmmmm2022 mencapai 271 ribu ton copper cathode.
Tindak lanjutnya yaitu kebijakan pengurangan impor katoda tembaga untuk mengutamakan pembelian bahan baku dari dalam negeri. Koordinasi dengan kementerian perindustrian.
Arifin Tasrif menekankan pentingnya pengelolaan mineral yang baik. Selain memanfaatkan mineral yang sudah ada, penting juga untuk mencari sumber baru. Hal ini penting untuk mengamankan rantai pasok guna mengembangkan industri dalam negeri secara berkelanjutan sekaligus menjadikan Indonesia sebagai pusat industri pengolahan mineral dunia.
Pada sesi kedua memuat Integrated Mining and Value Added Investment dan sesi ketiga membahas Financing Downstream Mining Industry in Indonesia.
Sementara Chairman of Indonesia Mining Association (IMA) Rachmat Makkasau dalam sambutannya menyampaikan, sejak terbitnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang mewajibkan pembangunan smelter, industri pertambangan Indonesia memasuki masa transisi.
Dikatakan program pemerintah di bidang hilirisasi pertambangan telah berjalan baik dengan dibangunnya smelter. Ke depannya berharap pemerintah dan industri dapat melihat bagaimana bahan baku dan cadangan yang disiapkan untuk industrialisasi ini dapat dikelola dengan baik. *dik