Gianyar (Bisnis Bali.com) –
Masuk melalui jalan di Depan Br. Abasan Desa Singapadu Tengah Kecamatan Sukawati Gianyar dan menyusuri sebuah gang ada satu keluarga yang tinggal berdekatan dengan hutan bambu. Satu keluarga yang terdiri 4 anggota keluarga yang keseluruhan laki laki. Semua hidup dalam jeratan kemiskinan.
Berdasarkan pengakuan anggota keluarga Made Mardana Kamis (12/10), keseluruhan keluarganya saat ini berstatus tidak kawin karena dililit jeratan Kemiskinan. Hidup dalam sepetak tanah sudah ditinggal kedua orang tuanya bisa menjadi saksi bahwa keluarga mereka hidup dalam jeratan kemiskinan.
Made Mardana memiliki adik bernama I Nyoman Widiastra. Widiastra berstatus dalam KK sebagai kepala keluarga karena sempat menikah selanjutnya bahtera keluarga kandas karena masalah jeratan kemiskinan. Ia bercerai karena umpatan kemiskinan. Saat ini Nyoman Widiastra tidak memiliki pekerjaan tetap dan masih menggantungkan hidupnya pada kakaknya Made Mardana yang bekerja sebagai CS di Puskesmas di Singapadu.
Made Mardana juga memiliki adik lagi satu bernama I Ketut Wirata yang saat ini bekerja menjadi CS di salah satu perusahaan swasta di Denpasar. Ketut Wirata memiliki penghasilan pas-pasan dan terkadang digunakan untuk membiayai hidup makan keluarga dan membiayai pakmannya I Ketut Sarwa Kabiana (anggota keluarga) yang terbaring lemas karenaa sakit di Bale Dangin beratap alang-alang.
Keempat keluarga saat ini berstatus tidak kawin memilih bertahan karena minder dengan status miskin. Bahkan umpatan atau bullyan status miskin selalu mereka dapatkan dari warga sekitar. Hidup ditengah situasi miskin ini dirasakan dari sejak kecil.
Sebagai Krama Bali dengan sebutan warga miskin tidak seiring dengan perhatian pemerintah yang semestinya mereka dapatkan. Selama 4 tahun terakhir, hampir tidak tersentuh bantuan pemerintah. Keluarga ini mungkin bisa dikatagorikan satu keluarga miskin ekstrem yang mungkin lolos dari perhatian pemerintah tetapi mungkin tercatat jelas dalam survai BPS.
Masuk ke pekarangan rumahnya, mata akan terbelalak melihat bangunan dapur yang roboh dan kini dipenuhi semak belukar. Selanjutnya kita akan melihat bale Delod dan bale dangin yang enam tahun lalu mendapatkan bantuan bedah rumah dari Pemerintah Kabupaten Gianyar. Saat mendapatkan bedah rumah keluarga ini sempat mendapatkan bantuan beras untuk warga miskin. Hanya saja, bantuan beras ini terhenti karena sudah mendapatkan bantuan bedah rumah mungkin karena alasan telah diberikan fasilitas bedah rumah.
Made Mardana selanjutnya, menunjukkan rumah bale daje dan bale dangin yang sudah tidak layak huni, kedua bangunan rumah terlihat kumuh dan terkesan akan roboh walaupun sempat sebuah yayasan perguruan tinggi membantu perbaikan atap bale dangin dengan bahan alang- Alang yang sebelumnya sudah keropos.
Made Mardana sangat mengharapkan perhatian pemerintah dan perhatian anggota dewan dari Singapadu atau Dapil Sukawati untuk membantu keluarganya agar bisa keluar dari jeratan kemiskinan. Pemerintah juga diharapkan bisa menjembatani adiknya bisa mendapatkan pekerjaan yang layak sehingga bisa menyongkong kehidupan keluarga. Pemerintah diharapkan bisa membantu membantu perbaikan dapur yang roboh, bale dangin dan bale daja yang saat ini sudah tidak layak huni. “Dengan bantuan pemerintah dan anggota dewan Dapil Sukawati kami berharap bisa keluar dari jeratan kemiskinan dan lepas dari umpatan warga miskin yang melekat kehidupan keluarga kami,” tegas Mardana. * kup