Rabu, Oktober 30, 2024
BerandaBaliPetani Ungkap Keuntungan Budi Daya Padi Organik

Petani Ungkap Keuntungan Budi Daya Padi Organik

KEUNTUNGAN tinggi diperoleh petani saat budi daya padi organik dibandingkan pertanian konvensional.

KEUNTUNGAN tinggi diperoleh petani saat budi daya padi organik dibandingkan pertanian konvensional. Kondisi itu terjadi lantaran harga jual padi organik yang lebih tinggi dibarengi produktivitas tinggi.

Kondisi ini diungkapkan sejumlah petani padi organik di Subak Bengkel, Desa Bengkel, Kecamatan Kediri, Tabanan, saat melakukan panen, beberapa waktu lalu.

Salah satu petani padi organik di Subak Bengkel, I Gede Ketut Jana Nuraga di sela-sela panen mengungkapkan, budi daya pertanian padi organik yang merupakan salah satu program desa saat panen dirasa cukup menguntungkan. Terlebih lagi di tengah makin mahalnya harga gabah di tingkat petani. Semakin mahal harga gabah, maka harga jual gabah dengan kualitas organik ini akan menjadi semakin mahal. Pemerintah Desa Bengkel menetapkan harga jual untuk padi organik lebih mahal Rp1.000 per kg dari hasil panen padi konvensional menggunakan pupuk kimia.

“Kini dengan harga gabah kualitas GKP di petani untuk padi konvensional yang dihargai Rp7.200 per kg, maka untuk harga padi dengan kualitas organik diserap pasar di harga Rp8.200 per kg,” tuturnya.

Panen kali ini dari perhitungan ubinan untuk produktivitas padi organik yang dihasilkan mampu mencapai 7-8 ton per hektar. Dibandingkan budi daya padi konvensional, jumlah tersebut memang lebih sedikit karena rata-rata produktivitas padi konvensional mampu mengantongi hasil mencapai 9,6 ton per hektar riil.

Meski begitu, penurunan produksi tersebut tertutupi dengan lebih mahalnya harga jual pertanian organik. Terkebih lagi, selama ini untuk pengembangan pertanian padi organik di Subak Bengkel, para petani mendapat bantuan pupuk subsidi ganda dari pemerintah desa sehingga menekan biaya produksi yang ditanggung petani.

Sementara itu Perbekel Desa Bengkel, I Nyoman Wahya Biantara mengungkapkan, sejak 2022 Pemerintah Desa Bengkel dan Pangkung Tibah melalui progam ketahanan pangan mulai mengajak petani di Subak Bengkel untuk menanam padi dengan pola tanam organik mentik susu. Program ketahanan pangan ini telah diintergrasikan dengan program Pengelolaan Sampah di TPS3R Bestari Desa Bengkel, dimana sebagian pupuk yang digunakan adalah hasil olah sampah rumah tangga yang diproduksi di TPS3R.

Pada mulanya hanya ada dua petani yang ikut program tersebut dengan luasan kurang lebih 1 hektar. Berbagai kendala yang dihadapi oleh para petani dengan pola tanam organik tentu menjadi tantangan tersendiri, namun berkat adanya pendampingan dari dari Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan, serta mengingat kembali cerita – cerita masa lalu oleh para petani, perlahan kendala tersebut dapat dipecahkan.

Jelas Biantara, saat ini telah ada 10 petani yang bergabung dalam kelompok Petani Organik Desa Bengkel dengan total luasan 1,6 hektar. Untuk menarik minat para petani dalam menerapkan pola organik dalam merawat tanah, setiap petani yang tergabung dalam kelompok ini diberikan kepastian bahwa hasil panennya pasti akan dibeli oleh Pemerintah Desa Bengkel melalui BUMDes ASASTA Desa Bengkel. BUMDes yang kemudian akan menjualnya dalam bentuk beras kepada pelanggan.

Selain itu, Pemerintah Desa Bengkel juga memberikan pupuk, biaya tanam dan biaya traktor secara gratis. Syaratnya hanya satu yaitu, petani menanam dengan pola tanam dan perawatan yang telah ditentukan. Varietas yang ditanam adalah varietas Mentik Susu, dimana varietas ini merupakan varietas lokal yang memiliki usia panen lebih lama dari padi hibrida yang banyak ditanam saat ini.

“Bibit lokal memang paling cocok digunakan untuk pola tanam organik, karena setelah beberapa kali percobaan, jika menggunakan bibit hibrida, padi yang ditanam akan sangat rentan dengan penyakit, karena tidak diberikan campuran kimia saat olah tanah,” ujarnya.

Dalam proses pengembangan padi organik ini, Pemerintah Desa Bengkel mendapat banyak bantuan dan masukan dari berbagai universitas. Salah satunya adalah Universitas Udayana dan Universitas Muhammadiyah Malang. Petani banyak diberikan pengetahuan bagaimana caranya membuat pupuk, insektisida, pestisida dan hal – hal lain yang mengambil bahan – bahannya dari lingkungan sekitar. Sehingga harapannya, dengan memberikan pengetahuan tersebut, petani akan mampu menekan biaya produksi yang dikeluarkan.*man

Berita Terkait
- Advertisment -

Berita Populer