Denpasar (bisnisbali.com)-Pembangunan Light Rail Transit (LRT) di Bali disebut sebagai upaya mengatasi kemacetan. Khususnya di kawasan pariwisata, yang pembangunan kereta api listrik ini diharapkan menjadi pilihan di tengah makin padatnya jalan di Bali.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bali I Gede Wayan Samsi Gunarta, Minggu (8/10) kemarin. “Kita coba terus menghitung. Kalau Bali terus terusan pakai kendaraan sendiri, tidak akan cukup jalannya. Pilihannya macet. Sekarang mau pilih macet atau beralih,” terangnya.
Jika masyarakat Bali memilih beralih, harus dilengkapi infrastrukturnya terlebih dahulu. Samsi menampik jika Pembangunan LRT ini terburu-buru. Perhitungan kebutuhan jalan tidak hanya dari jumlah masyarakat Bali, namun juga pada berapa kunjungan wisatawan. Jika dihitung per tahun, kata Samsi ada 6 juta wisatawan asing yang datang ke Bali dan 8 juta wisatawan domestik. “Itu yang tidak kita perhitungkan setiap harinya. Kita tidak boleh menghitung orang Balinya saja, semua harus kita akomodir,” kata Samsi.
Disinggung terakit progress perencanaan pembangunan LRT ini, Samsi mengatakan, saat ini masih tahap studi kelayakan. Kondisi ini akan dikejar secepat mungkin. Targetnya pada Semester I 2024 sudah ground breaking.
Pembangunan LRT untuk fase pertama yang menghubungkan antara Bandara menuju kawasan Seminyak ini akan difokuskan terlebih dahulu. Fase satu dibagi lagi menjadi fase 1A rute Bandara-Centra Parkir dan 1B Cetral Parkir-Seminyak. Menurut Samsi, LRT ini akan bisa menampung 300 orang untuk sekali perjalanan. *wid