DATA BPS Provinsi Bali mencatat daerah ini mengalami deflasi pada September lalu. Namun di tengah penurunan harga sejumlah komoditas, tingginya harga beras yang menjadi penahan deflasi menjadi keluhan warga. Pasalnya beras menjadi komoditi pokok yang tak tergantikan.
Salah satunya diakui seorang Ibu Rumah Tangga di Kawasan Ubung Kaja Denpasar, Ni Nyoman Sarini saat ditemui di kediamannya. Ia mengatakan, kondisi ini cukup sulit di tengah rendahnya daya beli. “Cari uang masih sulit, harga beras tinggi. Sulit sekali,” katanya.
Meski harga beberapa komoditi pokok lainnya murah, seperti bawang merah, menurutnya itu tidak berpengaruh. Karena beras yang menjadi kebutuhan pokok harus ada setiap harinya. “Jika boleh memilih mending bawang yang mahal, daripada beras,” katanya.
Dalam seminggu dia mengaku menghabiskan kurang lebih 5 kilogram beras. Dalam keluarganya terdiri dari 3 orang. Hal senada juga diakui oleh Ibu Rumah Tangga lainnya Ni Nengah Desi Anggrayani. Saat ini yang menjadi prioritasnya adalah beras. “Intinya harus beli beras dulu. Kalau sudah punya itu, aman,” katanya.
Dia pun mengaku sulit menghadapi kondisi ini. Disinggung terkait pembelian beras SPHP (Stabilisasi Pasokan Harga Pasar) atau beras medium Bulog, dia mengatakan, belum menemukan penjual. “Katanya lebih murah, tapi disini belum ada yang jual,” ungkap Desi yang juga tinggal di wilayah Ubung. *wid