Jaga Stabilitas Harga, Salah Satu Solusi Atasi Deflasi di Bali

179
PEMICU DEFLASI - Komoditas konsumtif seperti bawang merah, bawang putih, cabai rawit, dan daging ayam memicu terjadinya deflasi di Bali pada September lalu.

Denpasar (bisnisbali.com) – Barang konsumtif seperti makanan, dinilai menjadi pemicu utama terjadinya deflasi. Seperti kondisi di Bali saat ini, bila terjadi deflasi atau harga mengalami penurunan berarti produksi barang terlalu banyak, sehingga dijual dengan harga murah agar tidak mubasir dan segera dikonsumsi oleh masyarakat.

Menurut pemerhati ekonomi yang juga Rektor Undiknas University, Prof. Dr. Ir Nyoman Sri Subawa salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah mengatur produksi barang sesuai kebutuhan masyarakat, sehingga distribusi barang bisa berlangsung dengan baik, tidak berlebihan terhadap barang atau produk tertentu.

Jika produksi banyak solusi lain yang bisa dilakukan yakni dengan mengekspor ke negara lain serta melakukan pengiriman ke daerah lain untuk mencapai kestabilan harga. “Kestabilan harga sederhananya, bagaimana barang ini dikonsumsi dengan baik, kebutuhan masyarakat tercukupi dan bisa dibawa ke daerah lain,” paparnya.

Dampak deflasi menurutnya, bisa mengurangi keuntungan yang didapat petani yang memproduksi bahan pokok maupun produsen.

“Kini bagaimana cara mengatur produksi dan distribusi barang sebaik-baiknya supaya pengiriman lancar. Termasuk meningkatkan daya beli masyarakat karena daya beli masyarakat penting,” tambahnya seraya berharap deflasi tidak berlangsung lama karena akan mempengaruhi produksi yang dihasilkan.

Berdasarkan data BPS Provinsi Bali, pada September 2023, perkembangan harga berbagai komoditas (barang dan jasa) konsumsi yang diwakili Kota Denpasar dan Kota Singaraja menunjukkan penurunan atau tercatat deflasi sedalam 0,03 persen. Kondisi ini ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen IHK dari 115,19 pada Agustus 2023 menjadi 115,15 pada September 2023.

Komoditas yang tercatat mengalami penurunan harga atau memberikan sumbangan deflasi pada September 2023 antara lain bawang merah, cabai rawit, daging ayam ras, mangga, bawang putih, kacang panjang, tomat, angkutan udara, angkutan antar kota, dan ikan tongkol/ ikan ambu-ambu.

Sementara itu, komoditas yang tercatat mengalami kenaikan harga atau menahan laju deflasi dengan memberikan sumbangan positif, antara lain beras, bensin, semangka, cabai merah, pepaya, biaya pulsa ponsel, apel, rokok kretek filter, jam tangan, dan shampo.

Pemerhati ekonomi lainnya, Kusumayani, M.M. menilai deflasi yang berlangsung lama tentu juga memiliki dampak buruk untuk perekonomian suatu negara. Misalnya, harga suatu produk mengalami penurunan, hal ini akan berdampak pada omset yang diperoleh oleh perusahaan. Karenanya deflasi yang terjadi secara terus menerus bisa merugikan aktivitas jual beli. Penurunan harga barang dan jasa seringkali membuat produsen atau penyedia jasa mengalami kerugian karena penjualan tak mampu menutup biaya produksi maupun biaya operasional. Untuk itu pemerintah perlu melakukan upaya agar deflasi tidak berlangsung lama. *dik