El Nino Belum Berdampak Signifikan pada Pertanian

El Nino yang berimbas terjadinya kekeringan di Bali berujung pada krisis air bersih. Akan tetapi kondisi ini belum berdampak signifikan pada  pertanian.

203
I Dewa Made Indra

Denpasar (bisnisbali.com)-El Nino yang berimbas terjadinya kekeringan di Bali berujung pada krisis air bersih. Akan tetapi kondisi ini belum berdampak signifikan pada  pertanian. Hal ini dikatakan Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali I Dewa Made Indra saat ditemui usai rapat paripurna DPRD Bali, Senin (2/10).

Dijelaskannya, kekeringan telah berpengarauh pada suplai air untuk pertanian dan air bersih. Namun, sejauh ini pertanian di Bali tidak terdampak secara signifikan oleh El Nino.

“Untuk air bersih ada pengaruhnya. Ada beberapa desa di Bali yang mengalami kesulitan air bersih seperti di Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Karangasem. Ini diatasi melalui kolaborasi antara BPBP provinsi dan BPBD kabupaten setempat, kemudian PDAM, Dinas PU dan Dinas Sosial,” papar Dewa Indra.

Menurut Sekda Provinsi Bali, desa-desa yang kesulitan air bersih sekarang mendapat suplai air bersih melalui kolaborasi. “Kalau sektor pertaniannya astungkara belum terdampak secara signifikan, mudah-mudahan tidak terdampak,” terangnya.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali I Made Rentin di lokasi yang sama menyampaikan, pihaknya akan menyiapkan air bersih selama kekeringan melanda beberapa kabupaten/kota di Bali. “Kami di BPBD menyikapi dengan langkah-langkah berdasarkan permintaan. Tidak hanya BPBD, kami juga bersinergi dengan DLHK, PUPR Perkim dan TNI didukung Damkar di kabupaten/kota. Sejauh ini kami mengirim ke Jembrana, Buleleng, Kintamani dan Karangasem,” ungkapnya.

Ditegaskannya, air yang disediakan bersama pemangku kepentingan terkait diberikan secara gratis untuk masyarakat yang terdampak kekeringan. Tempat penampungan air di desa yang mengalami kekeringan akan diisi air bersih agar masyarakat sekitar bisa menggunakannya.

Menurut Rentin, selama ini masyarakat di Bali sebagian besar cenderung mengandalkan sumber mata air alami. Sehingga ketika sumber mata air kering, mati dan tidak bergerak masyarakat kebingungan mencari air. “Kita tahu air bersih menjadi kebutuhan vital pertama dan utama. Oleh karena itu, kami kirim tandon-tandon air yang isinya biasanya maksimal empat hari sehingga cukup untuk kebutuhan air mereka,” imbuhnya.

Ditambahkannya, sejauh ini bantuan CSR air bersih dari pihak swasta masih minim. Oleh karena itu, pihaknya melalui berbagai media psering mengimbau pengusaha untuk mengambil bagian penting dalam penanggulangan bencana. Pengusaha yang dimaksud di sini tidak terbatas. Siapa pun bisa membantu menyediakan air bersih saat kekeringan. *wid