Tabanan (bisnisbali.com) – Pada pandemi Covid-19 lalu, UMKM di Kabupaten Tabanan mengalami pertumbuhan bak jamur saat musim hujan. Kini, seiring kembali menggeliatnya sektor pariwisata pascapandemi, jumlah pelaku usaha kecil di daerah lumbung pangan menciut. Dinas Koperasi UKM dan Tenaga Kerja (Diskop UMKM Naker) Tabanan mencatat pelaku UMKM tinggal 18.110 per September 2023.
Pelaku UMKM itu sebagian besar bergerak di sektor perdagangan yaitu 11.446 usaha. Selanjutnya sektor nonpertanian 4.020 usaha, aneka jasa 1.735 usaha dan sektor pertanian 909 pelaku usaha. Dibandingkan tiga tahun terakhir yang merupakan masa pandemi, jumlah pelaku UMKM di Tabanan pada 2023 jauh menurun. Tahun 2020 lalu UMKM di Tabanan tercatat 42.744 pelaku usaha, pada 2021 naik menyentuh angka 47.173 dan tahun 2022 terus naik mencapai 47.957 pelaku usaha. UMKM didominasi sektor perdagangan yang tercatat 29.641 pelaku pada 2021. Tahun 2022 jumlah sektor perdagangan meningkat menjadi 30.402 usaha.
Kepala Diskop UMKM Naker Tabanan I Nyoman Putra, Senin (2/10), menyatakan pada masa pandemi jumlah UMKM mengalami lonjakan cukup signifikan dibandingkan sebelumnya. Penyebabnya, banyak pekerja sektor pariwisata yang dirumahkan memilih beralih sebagai pelaku UMKM atau berusaha sendiri. Peralihan ini sifatnya sementara agar mereka tetap mendapat penghasilan.
Hal itu terbukti sekarang atau pascapandemi. Meski pendataan masih berproses, sejumlah pelaku UMKM kini memilih berhenti dan kembali bekerja di sektor pariwisata seiring meningkatnya kunjungan wisatawan ke Bali. “Jumlah pelaku UMKM ini berdasarkan pendataan yang dilakukan Diskop UMKM Naker Tabanan melalui masing-masing kepala desa. Pendataan mengacu pada besaran nominal usaha dan terjadi transaksi jual beli,” jelasnya.
Di sisi lain, untuk meningkatkan daya saing pelaku UMKM, Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya memberi perhatian dengan selalu melibatkan mereka dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh pemkab dan swasta. Selain itu, Diskop UMKM Naker memfasilitasi pelaku UMKM agar terhubung dengan pihak perbankan dalam hal bantuan penguatan modal usaha melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). “Kami punya dua pendamping untuk UMKM agar bisa mendapatkan fasilitas KUR,” ujar Putra.
Terkait serbuan usaha berskala atau bermodal besar, menurutnya tidak berdampak signifikan pada eksistensi pelaku UMKM karena telah memiliki segmen tersendiri. “Seperti pedagang tipat cantok dan pedagang sate babi sudah memiliki konsumen sendiri. Artinya, semua usaha ini telah memiliki segmen pasar masing-masing,” imbuhnya.
Hal senada disampaikan Ketua International Council For Small Business (ICSB) Kabupaten Tabanan Bagus Arya Kusuma, S.Sos., M.M. ‘’Memang terjadi penurunan jumlah pelaku UMKM di Tabanan saat ini. Dalam hal ini terjadi seleksi alam untuk UMKM, khususnya pelaku usaha dadakan yang sebelumnya bekerja di sektor pariwisata,” kilahnya. *man