Mangupura (bisnisbali.com) – Sejumlah ogoh-ogoh yang telah diarak pada malam Pengerupukan tahun ini, berjejer rapi menyapa pengunjung Museum Saka yang terletak di Ayana Estate, Jimbaran. Museum Saka ini menjadi ruang yang dipilih dengan cermat untuk menampilkan dan merayakan ekspresi seni yang mencerminkan interaksi indah antara budaya, mistik, dan agama Bali – pada Maret 2023.
“Menghadirkan ogoh-ogoh dalam ekspresinya yang kontemporer namun sebagai pembawa pesan yang mengakar kuat dalam budaya Bali, akan membuat pengunjung larut dalam perasaan dan semangat prosesi Nyepi. Ogoh-ogoh dibuat secara komunal oleh para pemuda Bali. Sebuah kegiatan berseni dan berkreasi yang menampilkan semangat pemuda untuk melestarikan seni dan budaya Bali,” kata Komite Museum Saka, Marlowe Bandem pada pembukaan, Jumat (28/9). Marlowe adalah bagian dari komite ahli museum yang bertanggung jawab atas kurasi karya seni yang akan dipamerkan. Kurator lainnya adalah Profesor I Made Bandem, Bruce Carpenter, James Bennett dan Farah Wardani.
Museum ini menjadikan Nyepi, yang unik hanya untuk Bali, sebagai tema. Nyepi dianggap sebagai salah satu malam paling damai dan indah di Bali di mana tingkat polusi turun dan langit sangat jernih sehingga Bima Sakti dapat dilihat dengan mata telanjang. Ini telah menjadi inspirasi bagi museum untuk menjadi ruang meditasi dengan langit-langit bertabur bintang dan suasana yang menenangkan.
Terletak di jantung Ayana Estate di Jimbaran, museum seluas 5.000 meter persegi ini memiliki delapan galeri berbeda, ruang arsip dan perpustakaan, ruang pemutaran film, kafe, dan toko merchandise pilihan. Koleksi utama museum berupa sepuluh Ogoh-ogoh dari seniman lokal terkemuka, termasuk karya Kedux dan Gusman Surya.
Kata ‘Saka’ yang berarti pilar dalam bahasa Bali dan menunjukkan cita-cita museum sebagai landasan yang kuat untuk mendukung kemajuan ekspresi seni dan budaya Bali. Saka juga mengacu pada kalender Saka Bali, dan peran museum yang akan berfungsi untuk menghubungkan Bali masa lalu dan masa kini dan memberi pengunjung pengalaman yang melampaui ruang dan waktu.
Museum Saka merupakan bagian intrinsik dari Ayana Estate yang mewah dan terintegrasi yang bertujuan untuk meningkatkan pengalaman para tamu dengan menawarkan pengalaman seni dan budaya Bali yang unik. Ini mendukung identitas Ayana Estate sebagai mikrokosmos yang memberikan wawasan tentang mistisisme Bali serta destinasi yang wajib dikunjungi.
“Sebagai resor terintegrasi terbesar di Bali, AYANA Estate bertanggung jawab untuk menjadi yang terdepan dalam mempromosikan dan merayakan budaya Bali kepada semua tamu kami di komunitas nasional dan internasional. Kami telah melakukannya dengan memadukan pengaruh Bali pada arsitektur, interior, dan keramahan Bali kami yang legendaris. Ini kemudian akan meningkat secara signifikan dengan hadirnya Museum Saka,” kata owner Ayana Resort Jimbaran, Rudy Suliawan.
Gratis untuk tamu dan terbuka untuk umum, Museum Saka menawarkan kepada para tamu ruang meditasi yang tak tertandingi sepanjang tahun, membenamkan indra dalam keajaiban artistik, lanskap, dan arsitektur yang indah. Museum Saka juga dapat digunakan untuk menyelenggarakan acara dan resepsi di area dalam dan luar ruangannya serta menyediakan acara, pertunjukan, lokakarya, dan program kreatif lainnya yang menarik untuk anak-anak dan orang dewasa.
Ayana Estate dan Museum Saka juga mengundang wisatawan dari seluruh dunia untuk merencanakan dan bergabung dalam perayaan Hari Raya Nyepi, menginap di salah satu dari empat resor pemenang penghargaan – Ayana Villas Bali, Ayana Segara Bali, Ayana Resort Bali, dan Rimba oleh Ayana Bali – masing-masing dengan kepribadiannya sendiri dan pemandangan surgawi yang akan menciptakan kisah seumur hidup. *rah