Denpasar (bisnisbali.com)-Kios dan los di pasar tradisional banyak yang kosong. Termasuk Pasar Badung yang menjadi pasar terbesar di Bali, sejak direnovasi hingga saat ini kekosongan masih terjadi. Terutama untuk kios dan los di lantai 3 dan 4. Pedagangan yang bertahan pun mengakui kondisi sangat sepi.
Salah seorang pedagang di Lantai 4 Pasar Badung yang tidak mau disebutkan namanya mengaku, sudah sejak pindah kembali ke Pasar Badung pembeli sudah sangat sepi. Terlebih saat diterpa pandemi covid-19 kunjungan kian menurun. Hingga saat inipun dia mengaku penjualan minus. “Bukan sehari, tapi sebulan kadang saya ga dapat jualan. Bukan hanya saya saja, yang lain juga begitu,” katanya.
Kondisi ini membuatnya ingin meninggalkan pasar. Hanya saja dia megaku masih belum memiliki pekerjaan lain untuk menyambung hidup. “Saya ga ada pilihan. Tapi sepinya ini saya perkirakan akan berlanjut yang kemungkinan akan ikut tutup kios ini,” ujarnya.
Dia berharap ada kemudahan semisal biaya operasional dan sewa bisa ditekan. Saat ini dia mengaku masih membayar Rp500 ribu per bulan. Dia berharap jika biaya bulanan bisa Rp50 ribu kemungkinan dia masih bisa bertahan.
Sementara itu, Dirut Perumda Pasar Sewakadarma Kota Denpasar Ida Bagus Kompyang Wiranata saat dikonfirmasi pada Senin (25/9) mengatakan, sebenarnya pedagang saat ini sudah diberikan keringanan biaya sewa. Semestinya mereka bayar Rp300 ribu per bulan, namun kini hanya bayar Rp 175 ribu. Ditambah biaya operasional pedagang (BOP) Rp 7.500 kali 30 hari menjadi total yang harus dibayar pedagang adalah Rp400 ribu per bulan. “Mudah mudahan dengan selesainya renovasi Pasar Kumbasari akan berdampak ke Pasar Badung,” harapnya.
Sebelumnya ia membenarkan adanya kios dan los kosong di Pasar Badung. Dia mengungkapkan jumlahnya mencapai 50 persen dari jumlah pedagang di lantai 3 dan 4. Sedangkan lantai 2 dan 3 masih penuh terisi.
Dia menuturkan, banyak pedagang yang relokasi ke Pasar Lokitasari pascakebakaran terdahulu belum kembali lagi ke Pasar Badung. “Jika pedagang tersebut kembali suasana akan ramai lagi,” katanya.
Kekosongan kios dan los inipun dikatakan Gus Kowi panggilan akrabnya, berpengaruh terhadap pendapatan perumda. Hal tersebut karena banyak pedagang yang memiliki tunggakan pembayaran iuran BOP.
Demikian dikatakannya, kekosongan ini tidak hanya terjadi di Pasar Badung saja. Beberapa pedagang di pasar lainnya, seperti Pasar Kumbasari, Pasar Satria dan Pasar Kereneng juga ada yang telah mengembalikan tempat berjualan. *wid