HINGGA saat ini pasokan beras di daerah ini diniai masih dalam kondisi aman. Meski demikian, harga beras tak dipungkiri masih tergolong mahal dari harga normalnya. Kondisi ini diakui Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali seperti yang diungkapkan Ketua Dewan Pimpinan Daerah Aprindo Bali, Anak Agung Ngurah Agung Agra Putra di Denpasar, beberapa waktu lalu.
Berdasarkan informasi anggota ritel di daerah ini, harga beras mengalami kenaikan. Itu terjadi seiring masa panen raya yang berakhir, kemudian juga adanya ancaman El Nino di beberapa daerah yang membuat pasokan beras tidak banyak.
”Untuk peritel di Bali, kondisi dari suplai masih tergolong normal. Pasokan masih aman, belum sampai ada isu kami peritel di Bali tidak mendapatkan pasokan beras dari distributor. Tetapi memang harga beras mengalami peningkatan 4-5 persen,” katanya.
Harga beras rata-rata kini berkisar Rp13 ribu-Rp14 ribu perkilogram (kg) untuk jenis beras premium dan tergantung merek. Harga beras sebelumnya di kisaran Rp11 ribu – Rp12 ribu per kg. Ia menilai fenomena yang terjadi saat ini relatif normal mengingat setiap tahun juga mengalami kondisi seperti ini di mana ada momen panen raya berakhir maupun terdampak El Nino yang terjadi setiap tahun.
“Menurut kami ini memang terjadi setiap tahun dan kewajaran harga beras meningkat. Namun setelah masuk masa panen raya kembali maka pasokan beras akan kembali banyak, permintaan kembali naik dan tentu harga beras akan kembali turun,” paparnya.
Ia pun menegaskan intinya kondisi beras Bali suplai masih aman di kalangan peritel. Sementara adanya harga dikatakan mengalami penurunan sampai Rp500 saat ini, dikaui di Bali belum ada. “Tidak tahu jika di pusat atau di Jawa sudah mulai menegalami penurunan. Di Bali belum terjadi,” imbuhnya.
Disinggung distributor beras bagi peritel dari mana saja? Ia mengakui, itu dibagi menjadi dua berdasarkan ritel nasional dan lokal. Untuk ritel lokal disuplai dari distributor lokal Bali, sedangkan nasional kebanyakan didistribusikan dari pusat kendati tidak menutup kemungkinan dari lokal juga jika memang dari pusat tidak menutupi. Sementara merek, tidak dipungkiri untuk di Bali masih didominasi merek-merek ternama dari Jawa. Sedangkan beras impor sepengetahunya ada dari luar namun dikemas di dalam negeri dan mendapatkan merek di sini.
Adanya anggapan peritel menyetok beras (menimbun) tidaklah benar. Peritel tidak menyetok dalam jumlah banyak karena sistem ritel itu, pasokan datang langsung dijual. Menyetok barang terlalu banyak malah merugikan bagi riteler mengingat perlu perputaran barang cepat. “Hampir tidak mungkin peritel menimbun barang. Karena barang harus segera keluar terutama barang-barang kategori lokomotif product atau produk-produk yang menjadi daya tarik konsumen untuk datang,” jelasnya. Peritel berusaha malah agar barang yang datang, display, langsung terjual dan selanjutnya mencari stok lagi. *dik