UMKM Tabanan Ikut Dorong Penurunan Angka  ’’Stunting’’

Sejumlah pelaku UMKM di Kabupaten Tabanan yang bergerak di sektor kuliner dan penganan dalam arti luas, kini ikut berperan dan membantu mewujudkan wacana pemerintah untuk menurunkan angka stunting.

143
MIE KELOR - Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno sempat mencicipi mie kelor buatan I Wayan Sumerta Dana Arta pada KTT G20 yang digelar di Bali tahun 2022 lalu.

Tabanan (bisnisbali.com)–Sejumlah pelaku UMKM di Kabupaten Tabanan yang bergerak di sektor kuliner dan penganan dalam arti luas, kini ikut berperan dan membantu mewujudkan wacana pemerintah untuk menurunkan angka stunting. Hal itu diupayakan melalui pemenuhan kebutuhan nutrisi pada produk yang dihasilkan dengan mengacu pada standar pengecekan laboratorium.

Salah seorang pelaku UMKM tersebut adalah I Wayan Sumerta Dana Arta, pemilik industri rumahan berupa mie instan berbahan daun kelor yang dinamakan Mie Kelor Gud, di Desa Buahan, Kecamatan Tabanan. Ia menghasilkan produk makanan yang memiliki nutrisi dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Ini merupakan salah satu konsennya dalam memanfaatkan bahan baku daun kelor sebagai olahan mie instan.

Ide membuat Mie Kelor Gud tercetus pada awal pandemi Covid-19 lalu karena sejumlah faktor. Salah satunya melihat fenomena masyarakat yang tidak bisa lepas dari penggunaan HP. Kebiasaan ini ternyata diikuti oleh anak-anak sampai lupa bersosialisasi dengan teman sejawatnya. Bermain HP yang terlalu sering menimbulkan masalah pada mata, sehingga banyak anak harus memakai kacamata, diperparah lagi mereka tidak suka mengonsumsi sayur. “Saya membuat Mie Kelor Gud pada awal pandemi lalu dengan harapan memberikan asupan makanan tanpa bahan pengawet dan bermanfaat bagi kesehatan mata karena bahan dasarnya daun kelor yang mengandung vitamin A,” paparnya, Senin (18/9).

Sumerta Dana yang sebelumnya berpameran pada ajang KTT G20 melalui Planogram yang dikelola Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menjelaskan, dalam perkembangannya kini produk Mie Kelor Gud sudah tersedia dalam empat pilihan varian, yakni mie kelor gud goreng, mie kelor gud rebus original, mie kelor gud ayam betutu dan mie kelor gud vegan.

Seiring mengembangkan varian produk dari olahan kelor, dalam setahun terakhir ia juga lebih memfokuskan pada pemenuhan kandungan nutrisi yang terdapat pada setiap produk yang dihasilkan sekaligus dalam rangka ikut mendorong upaya pemerintah menurunkan angka stunting. Itu dilakukan dengan secara berkala mendapat pengecekan dari BPOM dan bekerja sama dengan laboratorium salah satu universitas ternama melakukan uji lab terhadap terkandung dalam produk mie kelor.

Hasilnya, mie kelor mengandung energi sebanyak 360 kilokalori. Selanjutnya kandungan lemak 15 gram atau 22 persen, kandungan protein yang merupakan nutrisi dalam pencegahan stunting sebesar 6 gram atau 10 persen, karbohidrat 50 gram atau 17 persen dan garam 0 persen.

Saat ini ia rata-rata mampu memproduksi Mie Kelor God berbagai varian rasa 2.000 sampai 2.500 pcs per bulan dengan harga berkisar Rp8.000 per pcs. Sementara pangsa pasar penjualan Mie Kelor God sudah merambah lokal Bali dan nasional seperti sejumlah reseller di Sumenep, Medan dan Jakarta. Selain itu, dirinya masih menunggu hasil setelah lolos kurasi dengan pihak lotte merchandise yang ada di Jakarta dan Korea. “Lolos kurasi ini artinya ada peluang nanti produk yang kami hasilkan bisa terserap ke pasar Korea,” pungkas Sumerta Dana. *man