Mangupura (bisnisbali.com) – Harga babi merosot tajam yang saat ini mencapai Rp28.000 per kilogram berat hidup. Kondisi ini sangat memberatkan peternakan rakyat dengan harga pokok produksi (HPP) Rp40.000 per kilogram. Untuk membantu peternak, masyarakat di sejumlah tempat melakukan potong babi bersama atau mapatung.
Salah satunya ditemui di Banjar Sekarmukti, Desa Pangsan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Kelian Dinas Banjar Sekarmukti I Ketut Suaja, saat dikonfirmasi, Senin (18/9) mengatakan, sudah beberapa minggu belakangan ini warganya secara berkelompok membeli babi di peternak yang kemudian dipotong bersama atau dalam istilah Bali dikenal dengan mapatung.
Hal ini dikarenakan kesulitan para peternak yang notabena masyarakat setempat menjual babinya. Di samping harga babi yang merosot tajam. Selain itu, harga daging di pasarang diakuinya juga belum turun. “Jadi inisiatif masyarakat kita sendiri itu (melakukan mapatung),” ujarnya.
Cara ini juga membantu mengangkat sedikit harga babi di penternak. “Jika di pasaran dijual Rp28.000 per kilogram, saat mapatung ini kita bisa angkat barang seribu, dua ribu harganya. Jadi kan sedikit membantu. Selain itu harga daging juga masih mahal,” katanya.
Suaja menjelaskan, sebagian besar masyarakatnya memiliki ternak babi. Hampir di setiap rumah ada ternak kaki empat tersebut paling sedikit 2-3 ekor.
Sementara itu, Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali I Ketut Hari Suyasa, mengaku sangat menyayangkan kondisi ini. Peternak seakan tidak mendapatkan peran dari pemerintah saat dalam kesulitan seperti ini. “Pada akhirnya masyarakat yang bergotong royong menyelamatkan diri mereka,” ungkapnya.
Demikian dikatakannya, harga babi terus turun dalam beberapa pekan terakhir, yang saat ini sudah menyentuh Rp28.000 per kilogram. Dia pun mengakui ada over populasi yang terjadi saat ini.
Hari Suyasa mengatakan, saat sebelum wabah ASF menyerang yaitu tahun 2018, jumlah populasi babi di Bali mencapai 988 ribu ekor. Sementara saat ini populasi babi di Bali sudah mencapai 1,6 juta.
Data tersebut juga didukung dengan kian bertambahnya produksi pakan oleh pabrikan, meski di tengah harga pakan yang cukup tinggi saat ini. Dia menyebutkan 1 pabrik menambah produksi pakan hingga 25 persen. *wid