Denpasar (bisnisbali.com) – Bagi seorang pelaku usaha, permodalan menjadi faktor penting dalam perjalanan sebuah usaha. Namun disayangkan, tidak banyak pelaku usaha yang memiliki permodalan sendiri sehingga memerlukan bantuan permodalan dari perbankan.
Inilah dirasakan pelaku usaha fashion endek khas Bali, Komang Lusi Damayanti, berkat KUR BRI dengan suku bunga rendah sangat membantu pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya.
Dengan brand Lusi Damai, ia menerima KUR BRI. Dengan bunga yang rendah, Komang Lusi meminjam KUR Rp 25 juta dengan tenor 2 tahun. Kegigihannya menjalankan usaha, Komang Lusi mampu menyelesaikan kreditnya dari hasil penjualan karyanya.
Terlebih lagi tenun endek khas Bali kini telah mendunia. Terbukti salah satu desainer ternama dari Paris Christian Dior melihat langsung karya-karya desainer endek asal Bali pada akhir 2022 lalu, dalam sebuah fashion show.
Komang Lusi menuturkan sangat bangga dapat terlibat dalam fashion show berskala internasional tersebut. Sejak kecil, ia memang lekat dengan dunia garmen, tukang jahit, berbagai jenis kain, mesin jahit, karena orang tuanya yang memiliki usaha garmen.
Namun di 1998, ketika pariwisata booming membuat kuliah jurusan kepariwisataan digemari. Ia pun tak ketinggalan. Ia melanjutkan pendidikan ke Mapindo dan setelahnya, bekerja di hotel bintang lima di Bali. Namun rupanya, pekerjaan tersebut tak membuatnya betah dan nyaman.
Ia pun mulai uring- uringan dan memutuskan berhenti dari pekerjaan tersebut. Komang Lusi diminta meneruskan usaha orang tuanya di bidang garmen. Namun, kain-kain yang ada di gudang serta daya imajinasinya saat itu, memantik kreativitasnya untuk membuat pakaian dari endek.
Pada awalnya, pakaian buatannya hanya dijual ke teman-temannya, namun lama kelamaan, ia mulai memiliki jejaring pemasaran. Hingga akhirnya ia memiliki brand sendiri, Lusi Damai untuk usaha yang dibangunnya tersebut. Dari temannya, ia mendapat tawaran untuk mengikuti pameran di Pesta Kesenian Bali (PKB).
Karena memang keinginan hatinya untuk menjalankan usaha garmen, ia pun mencoba mengikuti berbagai pameran. Hingga kini, ia aktif mengikuti berbagai pameran, selain PKB juga pameran Bali Bangkit untuk memperkenalkan karya – karya terbarunya. Bahan baku kain tenun endek yang awalnya diperoleh dari hunting di pasar Klungkung, seiring bertambahnya permintaan, ia pun mulai menelusuri perajin kain tenun endek.
Menurutnya setiap perajin tenun memiliki ciri khas motif sendiri-sendiri. Hal itulah yang membuat pakaian endeknya juga memiliki ciri khas.
“Dalam setiap price tag pakaian kami selalu tulis nama pengrajinnya. Tujuannya agar penenun lokal juga dapat terangkat,” kata Komang Lusi.
Berbagai model pakaian berbahan endek ia ciptakan mulai dari blazer, dress, kemeja, dan model lainnya. Bahkan pengalaman yang berharga baginya adalah saat pandemi, Anang dan Ashanty menggunakan wardrobe darinya selama syuting program pencarian bakat, terutama untuk model jaket bomber.
Dari wardrobe untuk syuting, selanjutnya jaket bomber dipesan untuk seragam keluarga, sehingga ada total 30 jaket ia buat untuk keluarga Anang dan Ashanty. Membangun jaringan pemasaran, memanfaatkan sosial media, dan memanfaatkan permodalan dari perbankan merupakan hal yang dilakukan untuk mengembangkan usahanya. Dalam sebulan, Komang Lusi mampu membukukan omzet Rp 30 juta sampai Rp 40 juta.*dik