Tabanan (bisnisbali.com)–Sejumlah petani padi di Subak Bengkel, Kecamatan Kediri, sumringah menghadapi musim panen pada pertengahan September nanti. Itu lantaran pendapatan yang akan diterima berpotensi menguntungkan seiring makin mahalnya harga jual gabah kualitas Gabah Kering Panen (GKP) yang mana mencapai Rp6.300 per kilogram saat ini.
Petani sekaligus pengusaha penyosohan beras (PB) Boki Murni di Desa Bengkel, Kediri, I Made Merta Suteja, Minggu (3/9), mengungkapkan setelah melakukan penanaman padi pada 9 Juni lalu petani di Subak Bengkel akan memasuki musim panen pada pertengah September mendatang. Luas padi di Subak Bengkel yang akan panen mencapai 320 hektar dan akan berlangsung selama sebulan.
Menurutnya, sejumlah petani di Subak Bengkel tentu sumringah karena berpotensi menikmati harga jual gabah yang tinggi. Ia bercermin dari kondisi panen yang sudah terjadi di seputaran Kecamatan Kediri. Seperti di daerah Nyitdah dan daerah Nyanyi, harga gabah kualitas GKP di tingkat petani sudah naik dari posisi Rp6.000 menjadi Rp6.300 per kilogram.
Harga gabah Rp6.300 per kilogram itu sekaligus merupakan tertinggi yang pernah terjadi dan jauh di atas patokan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) GKP di tingkat petani yaitu Rp5.000 per kilogram. ”Selama ini tidak pernah harga seperti ini. Biasanya seperti pada panen Maret-April lalu harga gabah di petani tertinggi mencapai Rp5.600 per kilogram,” tuturnya.
Merta Suteja memprediksi harga gabah akan terus naik, bahkan bisa menyentuh Rp6.500 per kilogram. Asumsinya kualitas panen yang dihasilkan petani cukup baik di tengah musim kemarau. Potensi makin mahalnya harga gabah ini juga dipicu dampak kemarau panjang seiring fenomena alam El Nino yang mengakibatkan produksi gabah secara nasional turun. Hal ini diperparah oleh adanya pembatasan ekspor beras yang dilakukan sejumlah negara penghasil yang dampaknya ikut menyumbang melonjaknya harga komoditas bahan pangan ini.
Di tempat terpisah, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan Made Subagia mengatakan saat ini sejumlah petani di Tabanan menikmati untung seiring makin mahalnya harga jual gabah di pasaran. Selain itu, semua produksi atau panen petani padi terserap oleh pasar. “Biasanya ada saja keluhan petani di Tabanan yang produksinya tidak terserap oleh pasar. Namun, kini itu tidak terjadi lagi,” kilahnya.
Tren lonjakan harga gabah di tingkat petani kemungkinan terus berlanjut hingga akhir tahun 2023 akibat pengaruh El Nino. Meski begitu, dampaknya diyakini tidak akan signifikan berpengaruh pada produksi gabah di Kabupaten Tabanan. Sebab, pada Desember nanti sejumlah sentra produksi yang kini ditanami palawija akan kembali menanam padi seiring tercukupinya pengairan dari adanya potensi musim hujan. *man