Denpasar (bisnisbali.com)-Kelangkaan elpiji 3 kilogram masih terjadi di beberapa wilayah di Kota Denpasar. Pengaduan konsumen pun masih berlangsung terkait sulitnya menemukan elpiji melon ini. Ketua Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali I Putu Armaya meminta pemerintah tegas terhadap kebijakan pembelian elpiji 3 kilogram agar tidak merugikan masyarakat kecil.
Hal tersebut diungkapkannya saat diwawancarai, Kamis (31/8) kemarin. Dia mengatakan, meski pengaduan konsumen terkait kelangkaan elpiji sudah berkurang, namun tetap masih ada sampai saat ini. “Keluhan dari Juli hingga Agustus terutama pasca Galungan lalu sangat banyak, bisa sampai 10 orang per hari. Saat ini sudah mulai berkurang,” katanya.
Armaya mengatakan, ini tidak bisa terus terjadi, harus ada solusi. Saat ini gas elpiji 3 kilogram sudah mulai ada, namun pembelian dibatasi. Masyarakat menurutnya butuh ketegasan. Elpiji 3 kilogram seharusnya diperuntukan untuk masyarakat kurang mampu, namun karena kurang tegasnya kebijakan, sehingga di lapangan terjual bebas hingga akhirnya terjadi kelangkaan.
“Dari dulu gak tegas. Kebijakannya dari dulu katanya khusus untuk masyarakat miskin. Tapi masih dinikmati oleh orang-orang kaya. Masyarakat butuh ketegasan sehingga di lapangan tidak babak belur,” terangnya.
Lebih lanjut dikatakan Armaya, meski kebijakan yang ada mengandung muatan politik, harus tetap pro kepada masyarakat kecil. Jika ke depan kebijakan tersebut belum juga tegas, maka kelangkaan elpiji 3 kilogram akan terus berlanjut dan yang paling dirugikan ialah masyarakat menengah ke bawah.
Sementara tiu, dikonfirmasi terkait keberadaan elpiji 3 kilogram, salah seorang pemilik warung kelontong di Denpasar, Sinta Lestari mengaku masih terbatas. Hanya saja dia menyiasati, selalu memesan saat persediaan di warungnya masih ada. “Karena nunggunya lama, jadi pesan dulu meski belum habis,” katanya sembari mengaku harga jual masih sama yaitu Rp20.000 per tabung. *wid