Denpasar (bisnisbali.com) – Pertumbuhan ekonomi ASEAN terus menjadi “bright” dan “rare” spot di ekonomi global. Ekonomi ASEAN diprediksi tumbuh 4,5 persen tahun ini, lebih tinggi dari pertumbuhan global. Sementara, inflasi diperkirakan akan tetap tinggi di beberapa negara anggota ASEAN, namun relatif lebih rendah dibandingkan dengan kawasan lain. ASEAN telah mampu menjaga tingkat suku bunga dan depresiasi nilai tukar di kawasan di tengah peningkatan suku bunga global.
Fundamental ekonomi ini menunjukkan ketahanan ASEAN terhadap guncangan global serta konsistensi perkembangan ekonomi kawasan untuk menjadi pusat pertumbuhan (epicentrum of growth).
Berdasarkan informasi tertulisnya menyebutkan, di bawah Keketuaan ASEAN Indonesia, Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia menyelenggarakan the 10th ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (AFMGM). Keketuaan ini dipegang oleh Indonesia ketika dunia sedang menghadapi berbagai tantangan ekonomi, sosial, dan politik yang berakibat pada penundaan pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.
ASEAN di bawah keketuaan Indonesia harus mampu merumuskan kebijakan dan strategi bersama yang mampu menjawab tantangan- tantangan tersebut sekaligus melanjutkan upaya-upaya perbaikan isu-isu fundamental yang berdampak pada kemajuan kawasan jangka panjang.
Dalam informasi tertulis diterima, pertemuan kali ini merupakan pertemuan lanjutan yang bertujuan untuk memantau dan memperbarui perkembangan berbagai capaian dalam Priority Economic Deliverables (PED) dan untuk mendiskusikan isu-isu terkini yang menjadi perhatian utama bagi negara-negara anggota ASEAN.
Tiga PED di bawah kerangka kerja sama sektor keuangan terdiri dari pertama mendorong pemulihan dan memastikan stabilitas dan ketahanan keuangan dan ekonomi (Recovery-Rebuilding). Kedua, memajukan konektivitas pembayaran, mendorong literasi, dan inklusi keuangan digital untuk mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif (Digital Economy). Ketiga, mempromosikan pembiayaan transisi untuk mendukung keuangan berkelanjutan dan ekonomi hijau (Sustainability).
Dalam pertemuan ini, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral mendiskusikan bagaimana ASEAN mampu secara strategis menjaga momentum dan secara kolektif menavigasi tantangan yang masih terjadi. Tantangan tersebut seperti peningkatan tensi geopolitik, kenaikan tekanan utang dan keterbatasan ruang kebijakan, fragmentasi global, isu terhadap ketahanan pangan dan energi, penurunan tingkat perdagangan global, ancaman kemajuan teknologi, serta risiko perubahan iklim. “Pertemuan menitikberatkan pada pentingnya memperkuat bauran kebijakan makroekonomi di negara anggota ASEAN dengan menggunakan seluruh instrumen yang ada untuk memastikan stabilitas ekonomi kawasan. Pertemuan ini juga menekankan pentingnya kebijakan yang terkoordinasi dengan baik untuk mengatasi berbagai risiko yang ada,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Pada kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyampaikan, Bank Sentral ASEAN memiliki komitmen dan memberikan dukungan sepenuhnya dalam mewujudkan integrasi kawasan ASEAN melalui inisiatif Local Currency Transaction (LCT) dan Regional Payment Connectivity (RPC). Kedua inisiatif tersebut juga telah dituangkan sebagai bagian dari kesepakatan Leaders’ Declaration pada ASEAN Summit Mei 2023 di Labuan Bajo, dan sudah mulai memasuki tahapan implementasi. *dik