Denpasar (bisnisbali.com) – Bawang putih yang beredar di pasaran sebagaian besar merupakan komoditi impor dari Tiongkok. Kenaikan harga yang terjadi saat ini sangat besar dipengaruhi oleh kondisi dan situasi di negara tersebut. Seperti musim dingin yang sedang berlangsung saat ini disinyalit memberi pengaruh terhadap kenaikan harga bawang putih.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali I Wayan Jarta saat diwawancarai, Rabu (12/7), mengatakan, harga bawang putih yang mengalami kenaikan adalah komoditi yang diimpor dari Tiongkok. Kenaikan harga yang terjadi dikarenakan memang pengaruh dari negara asalnya. Jarta menekankan tidak ada kendala lain dalam kegiatan impor.
Beradasarkan koordinasi dengan Kementerian Perdagangan RI penyebab terjadinya kenaikan harga impor dikarenakan di Tiongkok saat ini tengah berlangsung musim dingin yang berkepanjangan. Hal ini membuat produksi dan kualitas panen bawang putih menurun.
Jarta juga mengungkapkan, berdasarkan informasi dari Perkumpulan Pengusaha Bawang Putih dan Umbi Indonesia (Pusbarindo), kenaikan harga nasional disinyalir akibat pergerakan harga panen di Tiongkok. Terjadi perubahan harga dari periode akhir tahun 800 dolar AS per MT (ton metrik), menjadi 1.250 dolar AS per MT. Kondisi ini berdampak pada harga di importir sudah mencapai Rp27.000 per kilogram. “Adapun posisi harga panen saat ini China (Tiongkok) berada di kisaran 1.350 dolar AS per ton,” ungkapnya.
Sebelumnya diberitakan, harga bawang putih di pasaran saat ini mencapai Rp45.000 hingga Rp48.000 per kilogram. Harga ini naik dua kali lipat dari harga normal sebelumnya hanya Rp22.000 hingga Rp25.000 per kilogram. Kondisi ini terjadi di beberapa pasar di Kota Denpasar.
Salah seorang pedagang kelontong, Sinta Lestari mengatakan, kenaikan harga bawang putih ini sudah terjadi sejak sebulan sebelumnya. Harga bawang putih sempat Rp35.000 per kilogram dan kembali naik menjadi Rp48.000 per kilogram. Dia juga mengakui kualitas bawang putih yang datang saat ini kurang bagus, banyak ruas yang kosong. *wid