Waspadai Beberapa Pemicu Inflasi pada Juli 2023

198
TAHAN INFLASI - penurunan harga BBM nonsubsidi seperti pertamax, pertamax turbo, dexlite, pertamina dex pada 1 Juni 2023 berpotensi menahan tekanan inflasi.

Denpasar (bisnisbali.com) – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali menilai ada beberapa risiko yang bisa memicu inflasi perlu diwaspadai pada Juli 2023 ini. Risiko tersebut antara lain masih tingginya jumlah wisatawan seiring dengan periode libur sekolah diperkirakan mendorong peningkatan permintaan barang dan jasa. “Dari segi pasokan, belum dimulainya periode panen raya padi di Bali hingga bulan September/Oktober juga berpotensi menyebabkan keterbatasan pasokan yang perlu diantisipasi lebih awal,” kata Plh. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, G.A. Diah Utari di Denpasar, Rabu (5/7).

Diah Utari menjelaskan, gelombang laut yang cenderung tinggi pada Juli-Agustus juga berpotensi menurunkan hasil tangkapan laut dan mendorong harga aneka hasil laut. Sementara itu, penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi seperti pertamax, pertamax turbo, dexlite, pertamina dex pada 1 Juni 2023 berpotensi menahan tekanan inflasi lebih lanjut.

Selanjutnya alokasi PT Pupuk Indonesia (Persero) yang menyediakan 375.492 ton pupuk subsidi bagi wilayah Indonesia Bagian Timur yang mencakup Bali dan Nusa Tenggara untuk musim tanam kedua sembilan komoditas termasuk padi, jagung, kedelai, aneka bawang dan cabai yang diharapkan mendorong stabilisasi pasokan dan meningkatkan produktivitas. “TPID Provinsi dan kabupaten/kota di Bali secara konsisten telah melakukan pengendalian inflasi melalui kerangka 4K,” ujarnya.

Beberapa upaya yang telah dilakukan antara lain melalui pembentukan paiketan Perumda Pangan se-Bali dan mendorong Paiketan untuk kerja sama usaha dalam rangka pengendalian harga. Selain itu, TPID di Bali juga terus memperkuat dan memperluas Kerjasama Antar Daerah (KAD) dalam Provinsi Bali dan dengan wilayah di luar Pulau Dewata, serta melakukan operasi pasar secara rutin untuk menjaga stabilitas harga.

Berdasarkan rilis BPS Provinsi Bali, gabungan dua kota di Provinsi Bali (Denpasar dan Singaraja) pada Juni 2023 mengalami deflasi sebesar 0,04 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatatkan inflasi sebesar 0,34 persen (mtm). Secara tahunan, inflasi gabungan dua kota menurun dari 4,07 persen (yoy) pada  bulan sebelumnya menjadi 3,08 persen (yoy) pada Juni 2023, dan untuk pertama kalinya pada tahun 2023 tercatat lebih rendah dari inflasi tahunan nasional 3,52 persen (yoy).

Berdasarkan komoditasnya, terjadinya deflasi bulanan disebabkan oleh penurunan harga cabai merah, bensin, bawang merah, pepaya, dan air kemasan. Penurunan harga cabai merah dan bawang merah terutama disebabkan oleh pasokan yang terjaga seiring masih banyaknya panen di sentra-sentra produksi, sementara bensin mengalami penurunan didorong oleh jenis nonsubsidi yang turun berkisar 6 – 9 persen. Adapun penurunan harga air kemasan disebabkan oleh normalisasi pasokan setelah pada bulan Mei 2023 pasokan relatif terbatas akibat pembatasan operasional truk sumbu tiga pada periode mudik lebaran akhir April 2023. “Namun demikian, inflasi yang lebih rendah dapat tertahan dengan peningkatan harga angkutan udara, buah naga, kue basah, sepeda motor, dan daging ayam ras,” paparnya.

Sementara itu tarif angkutan udara mengalami peningkatan seiring masa libur sekolah dan cuti bersama HBKN Idul Adha yang mendorong peningkatan permintaan tiket pesawat udara. Adapun peningkatan harga kue basah diperkirakan didorong oleh kenaikan biaya input produksi seperti tarif bahan bakar rumah tangga, harga telur ayam dan gula. *dik