Perkembangan Harga Barang dan Jasa di Bali Tercatat Deflasi

188
SUMBANG DEFLASI - Komoditas yang tercatat mengalami penurunan harga atau memberikan sumbangan deflasi pada Juni 2023 di antaranya cabai merah dan bawang merah.

Denpasar (bisnisbali.com) – Badan Pusat Statistik (BPS) Bali pada Juni 2023 mencatat perkembangan harga berbagai komoditas (barang dan jasa) konsumsi di Provinsi Bali yang diwakili Kota Denpasar dan Kota Singaraja secara umum menunjukkan adanya penurunan. Berdasarkan hasil pemantauan perkembangan harga barang dan jasa di dua kota tersebut, pada Juni 2023 tercatat deflasi sedalam 0,04 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 114,59 pada Mei 2023 menjadi 114,54 pada Juni 2023. “Sementara itu, tingkat inflasi tahun kalender (year to date/ytd) Juni 2023 sebesar 1,14 persen. Tingkat inflasi tahun ke tahun (Juni 2023 terhadap Juni 2022 atau YoY) tercatat setinggi 3,08 persen,” kata Kepala BPS Bali Endang Retno Sri Subiyandani, S.Si., M.M. secara daring di Denpasar, Senin (3/7).

Endang menyebutkan deflasi terjadi karena penurunan harga barang/jasa konsumsi masyarakat yang ditunjukkan oleh turunnya IHK pada enam kelompok pengeluaran. Pertama dari kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sedalam 0,32 persen. Kedua, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sedalam 0,15 persen. Selanjutnya, kelompok makanan, minuman dan tembakau sedalam 0,13 persen, kelompok kesehatan sedalam 0,05 persen, kelompok transportasi sedalam 0,03 persen dan terakhir kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sedalam 0,03 persen.

Dari 90 kota IHK, 78 kota tercatat mengalami inflasi dan 12 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi tercatat di Kota Jayapura (Papua) setinggi 1,36 persen, sementara inflasi terendah tercatat di 4 kota, yaitu Kota Metro (Lampung), DKI Jakarta, Kudus (Jawa Tengah), dan Kota Ternate (Maluku Utara) dengan inflasi masing-masing setinggi 0,01 persen. Deflasi terdalam tercatat di Kota Sumenep (Jawa Timur) 0,42 persen, sementara deflasi terdangkal tercatat di Kota Mataram (Nusa Tenggara Barat) 0,02 persen. “Jika diurutkan dari inflasi tertinggi, maka Kota Singaraja menempati urutan ke-33 dari 78 kota yang mengalami inflasi. Sedangkan jika diurutkan dari deflasi terdalam, Kota Denpasar menempati urutan ke-8 dari 12 kota yang mengalami deflasi,” ungkapnya.

Jika diurai menurut penyumbangnya, deflasi gabungan dua kota di Provinsi Bali disumbang oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar -0,0347 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar -0,0230 persen, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya) sebesar -0,0105 persen, kelompok transportasi sebesar -0,0037 persen, kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar -0,0017 persen dan kelompok kesehatan sebesar -0,0016 persen.

“Komoditas yang tercatat mengalami penurunan harga atau memberikan sumbangan deflasi pada Juni 2023 antara lain cabai merah, bensin, bawang merah, pepaya, air kemasan, daging babi, mangga, sawi hijau, angkutan antar kota dan emas perhiasan,” paparnya.

Sementara itu, komoditas yang tercatat mengalami kenaikan harga atau menahan laju deflasi dengan memberikan sumbangan positif, antara lain angkutan udara, buah naga, kue basah, sepeda motor , daging ayam ras, sawi putih/pecay/pitsai, cabai rawit, bawang putih, telur ayam ras, dan seragam sekolah anak. *dik