Minat Masyarakat Bali terhadap Perhiasan Cukup Tinggi

173
MAL - Penjual perhiasan emas dan berlian di salah satu mal di Bali.

Denpasar (bisnisbali.com) – Perekonomian Bali yang mulai menggeliat pascapandemi Covid-19. Hal ini menjadi sasaran pelaku usaha untuk kembali mengembangkan pasar termasuk penjualan perhiasan. Tidak hanya menyasar wisatawan asing, masyarakat lokal pun menjadi pangsa pasar yang baik.

Jelita Setifa, salah seorang general manager (GM) brand perhiasan berlian dan emas, mengatakan pangsa pasar perhiasan yang dibuka di dua mal di Bali selama ini sekitar 75-85 persen merupakan masyarakat lokal. ‘’Pasar perhiasan terus menggeliat. Terlebih setelah pandemi perekonomian mulai membaik. Hal ini menjadi salah satu alasan dibukanya gerai ketiga di mal terbaru di Bali,’’ ujarnya, Senin (19/6).

Meski lebih menyasar masyarakat lokal, ketertarikan wisatawan asing terhadap koleksi perhiasan yang ditawarkannya juga tinggi, terutama wisatawan Australia. “Mereka lebih mencari liontin, untuk cicin kawim belum. Tapi karena mereka datangnya tidak rutin, agak susah kami maintence. Kalau pelanggan tetap kebanyakan ekspatriat,” jelasnya.

Menurut GM The Palace ini, ketersediaan emas dan berlian dalam gerainya bertujuan menarik minat masyarakat lokal terhadap perhiasan. Selama ini masyarakat lebih mengetahui dan tertarik pada perhiasan emas. Keberadaan emas ini menjadi daya tarik dan selanjutnya pelanggan akan diperkenalkan dengan berlian.

“Orang terkadang masih takut bertanya soal berlian. Itulah kenapa kami memiliki emas dan berlian. Kadang mereka mencoba atau kenalan dengan emas dahulu. Setelah familiar kemudian mereka mulai berani membeli perhiasan berlian. Saat ini peminat emas dan berlian telah seimbang,’’ terangnya.

Untuk menarik minat masyarakat, harga berlian pun dibandrol mulai Rp800 ribu. Sementara toko dibuat terbuka agar masyarakat tidak sungkan masuk ke dalam gerai perhiasan. *wid